Berita

  • Home
  • Berita
  • Studi Banding Kowani ke Pulau Penang

Studi Banding Kowani ke Pulau Penang

  • adminkowani
  • 25 September 2017
News Image

Kowani.or.id, Penang — Dalam rangka mendapatkan pengetahuan terkait keberadaan dan kemajuan teknologi rumah sakit, Kongres Wanita Indonesia (Kowani), mengadakan studi banding ke Rumah Sakit di Pulau Penang Malaysia yakni Pantai Hospital dan Rumah Sakit KPJ, Senin(11/9/2017).

Kunjungan Kowani di RS Pantai Hospital diterima Chief Operating Officer, Suresh Kumar yang sangat senang menerima kunjungan tersebut. Di sini, Ketua Umum Kowani, Dr. Ir. Giwo Rubianto Wiyogo, MPd. berkesempatan memeriksa kesehatan dengan Dr. Wong Kai Cheng, Consultan Physician & kidney specialist.

“Mengecek kesehatan sangat penting, guna mengetahui apa yang dirasakan oleh tubuh. Jika organ tubuh ada yang bermasalah, ia harus diperbaiki, jika sudah sakit harus disembuhkan”, kata Dr. Wong Kai Cheng.

Ketua Umum Kowani, Giwo Rubianto Wiyogo mengungkapkan sangat penting melakukan pemeriksaan kesehatan terutama bagi wanita, agar tahu lebih dini semua keluhan yang dialami. ”Pemeriksaan kesehatan perlu berkala, selain itu perlu juga mengetahui rumah sakit dengan peralatan dan teknologi tepat, agar hasilnya juga akurat”, katanya.

Pada hari kedua di Penang, Ibu Giwo yang didampingi Hj. Yuliati Sugiri (Ketua Kowani) dan Ery Simandjuntak, S.Sos (Ketua Bidang Humas Kowani) serta Utari Soekanto (Ketua DPP Forum Pemberdayaan Perempuan Indonesia (FPPI)) berkunjung ke Konsul Jendral RI di Pulau Penang Malaysia.

Kedatangan rombongan sebagai perwakilan organisasi diterima dan disambut baik oleh Konjen RI Pulau Penang, Iwanshah Wibisono. “Ini sangat positif, apalagi ada rencana untuk memberi keterampilan bagi TKI, agar mereka memiliki bekal masa depan, terutama mampu mandiri dan tidak berpikir lagi bekerja di luar negeri, karena akhirnya tidak sesuai dengan harapan mereka,” katanya.

Selain itu, dia juga berharap sosialisasi kepada masyarakat Indonesia ,agar berhati-hati dalam mengambil langkah, untuk bekerja di luar negeri, karena akhirnya menimbulkan masalah. “Ada yang tidak dibayar gajinya, ada yang disiksa dan melarikan diri serta kasus lainnya. Kitapun memulangkan mereka setelah prosedur pemulangan dapat dilakukan. Tapi, tetap saja ada yang bermasalah dan datang kemari,” katanya yang menyebut saat ini lebih dari 30 TKI ada di penampungan.

Ketua Umum Kowani, Ibu Giwo menyebutkan, kunjungan kali ini sekaligus melihat para TKI bermasalah yang ditampung di Konjen RI. TKI mengemukakan pendapat mengapa mereka bermasalah, kemudian pembahasan ini akan dibahas dalam rapat kerja bersama pengurus Kowani untuk menemukan solusi dan langkah selanjutnya.

TKI mengaku sangat ingin pulang jika urusan dengan majikan terkait gaji mereka dibayarkan. TKI yang ada di penampungan KJRI saat dikunjungi rombongan Kowani, mengadukan nasib mereka selama menjadi TKI. Ada yang mengaku bekerja belasan tahun tidak menerima upah. Kemudian mereka mengaku disakiti oleh majikan sehingga melarikan diri. Bahkan ada yang digaji hanya 2.500 Ringgit selama setahun dan uang itu belum diterimanya, hingga melarikan diri ke KJRI. “Kami ingin pulang, tidak ingin lagi bekerja sebagai TKI,” kata mereka berurai air mata dan seorang diantaranya mengaku belum lama melahirkan dan ingin segera pulang ke tanah air.

Ibu Giwo menyebutkan, banyaknya TKI yang tidak menerima hak-haknya dari majikan tempat mereka bekerja perlu menjadi perhatian bersama, agar para TKI yang akan bekerja nantinya mendapat perlindungan. “Setelah ini akan kami bicarakan dengan pengurus Kowani yang membidangi urusan luar negeri (HLN) untuk membuat program kerja yang sifatnya penyuluhan tentang sistem ketenagakerjaan di luar negeri, sehingga kedepanya agar TKI mendapat jaminan bahwa mereka yang bekerja akan memperoleh upah yang sesuai,” kata Giwo.

Selain memberikan penyuluhan ketenagakerjaan, sambung dia, sangat perlu memberikan pemahaman kepada setiap orang di Indonesia, agar tidak tergiur iming-iming bekerja di luar negeri dengan upah yang besar, tanpa mengetahui kedudukan orang yang merekrut.

“Banyak TKI bermasalah itu karena tidak sesuainya janji pengirim tenaga kerja dengan kondisi di tempat bekerja sebenarnya,”katanya. Nasib TKI di penampungan KJRI ini menjadi perhatian kita bersama agar bisa terselesaikan, sambung Giwo Rubianto.

Setelah TKI dipulangkan dari KJRI Pulau Penang ke kediaman masing-masing, mereka butuh pekerjaan untuk kelangsungan hidup.

“Kita akan rancang program pelatihan keterampilan untuk TKI, apakah nantinya di daerahnya dengan bekerjasama dengan organisasi wanita di bawah Kowani, atau memberikan pelatihan keterampilan saat mereka masih ada di penampungan KJRI. Ini perlu diwujudkan, agar mereka bisa melanjutkan kehidupan terutama bagi yang memiliki anak-anak,”pungkasnya.

Create Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *