Peringatan Hari Air Sedunia ke-24 Tahun 2016
Jakarta, KOWANI — Memperingati Hari Air Sedunia ke-24 Tahun 2016, Gerakan Ciliwung Bersih bekerja sama dengan Global Compact Network Indonesia, Indonesia Water Mandate Working Group, dan Komunitas Ciliwung (KPC), mensosialisasikan tentang pentingnya kepedulian masyarakat akan kebersihan sungai khususnya Ciliwung.
Dalam acara tersebut, dilaksanakan pemberian penghargaan kepada Petugas Pintu Air, penyerahan sumbangan Perahu Karet dan Perahu Hias, serta pelepasan dan penebaran bibit ikan.
Kongres Wanita Indonesia (KOWANIi) mendukung kebijakan pemerintah menerapkan kebijakan kantong plastik berbayar di retail modern, termaksud Penanaman Terumbu Karang di Pantai Tenau, Kupang – NTT dan Penanaman Pohon Mangrove di Pantai Indah Kapuk, Jakarta .
Ketua Umum Kowani, DR. Ir. Giwo Rubianto Wiyogo, M.Pd, mengatakan bahwa seharusnya pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) benar-benar serius menerapkan kebijakan untuk mengurangi timbunan sampah plastik itu.
” Kowani kurang setuju jika harga plastik sampah Rp200.
Kowani mengusulkan lebih dari itu.
Kalau kita membuat suatu gerakan kita harus benar-benar
serius karena ini menangani masalah sampah.
Target '2020 Indonesia Bebas Sampah' harus tercapai,” tutur Ibu Giwo.
Kowani menyatakan bahwa pihaknya telah melakukan sosialisasi di sekolah-sekolah agar anak lebih peduli akan permasalahan sampah. “Rasa peduli dan tanggung jawab terhadap penanganan sampah harus ditanamkan sejak dini mengingat sampah memiliki dampak buruk bagi lingkungan. Belum lagi penimbunan sampah akan menjadi bencana bagi masyarakat. Anak-anak sejak usia dini harus terbiasa dengan perilaku budaya bersih dan sehat, serta peduli akan permasalahan sampah,” terangnya.
Selain anak sekolah, Kowani juga mensosialisasikan Gerakan Peduli Sampah kepada para ibu rumah tangga untuk terbiasa membawa kantong plastik saat berbelanja. “Kita berharap bahwa para ibu rumah tangga mulai saat ini membiasakan diri membawa tas belanjaan ketika akan berbelanja, sehingga penimbunan sampah plastik akan berkurang dengan kesadaran masyarakat itu,” harapnya.
Demikian pula dengan Hutan Mangrove di Indonesia yang sudah mengalami kerusakan. Data dari Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup menyebutkan bahwa lebih dari 1 juta hektar hutan telah beralih fungsi, dan rusak. ”Ada yang jadi pelabuhan, tambak ikan, perumahan dan berbagai aktivitas manusia lainnya,” ujarnya.
Untuk itu, Kowani sebagai federasi yang membawahi 86 organisasi perempuan Indonesia berinisiatif terlibat dalam gerakan pelestarian hutan mangrove yang dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Pada kesempatan ini, Ketua Umum bersama Anggota Kowani lainnya menanam 100 pohon mangrove dengan Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup, untuk mencegah intrusi, abrasi dan memecah gelombang tsunami.
”Dengan prosentase hutan mangrove mencapai 25 persen dari total hutan mangrove dunia, menjadikan hutan mangrove Indonesia sebagai sumber karbon dunia. Hutan mangrove bisa berfungsi mencegah abrasi, memecah gelombang tsunami, mencegah intrusi, tempat hidup aneka reptil, penghasil kayu, kawasan wisata yang alami, dan lainnya,” terang Ibu Giwo di Kawasan Pantai Indah Kapuk, Jakarta, Minggu (6/3).
Oleh sebab itu, Kowani mengajak semua pihak harus berupaya terus untuk tetap melestarikan hutan mangrove. Keterlibatan Kowani ini diharapkan dapat menjadi pionir bagi organisasi masyarakat lainnya untuk ikut menjaga kelestarian lingkungan hidup.
Kowani mengajak semua pihak harus berupaya terus untuk tetap melestarikan hutan mangrove. Keterlibatan Kowani ini diharapkan dapat menjadi pionir bagi organisasi masyarakat lainnya untuk ikut menjaga kelestarian lingkungan hidup.