JAKARTA (Pos Sore) — Peranan orang tua sangat vital dan urgen dalam menentukan keberhasilan pada pembinaan dan pendidikan keluarga. Masalah pembinaan dan pendidikan keluarga ini sesungguhnya menjadi bagian utama bagi wanita sebagai Ibu Bangsa, pendidik pertama dan utama bagi keluarga.
“Tentulah kita sepakat bahwa keluarga adalah lingkungan ‘Ring satu’ bagi anak anak dan ibarat lahan yang diharapkan paling subur sebagai media tumbuh dan kembangnya anak-anak usia dini,” kata Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (KOWANI) Dr. Ir. Giwo Rubianto Wiyogo, M.Pd., dalam Sosialisasi Pembinaan Pendidikan Keluarga bekerjasama dengan Direktur Pembinaan Pendidikan Keluarga Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, di gedung Kowani, Rabu (22/6).
Dalam pandangannya, kasus kekerasan terhadap anak yang kian marak tak dapat dipisahkan dari kondisi dan kualitas perlindungan anak dalam dan oleh keluarga. Keluarga merupakan fondasi awal tumbuh kembang anak. Pola interaksi, sikap dan perilaku serta ‘pengawasan’ keluarga turut mempengaruhi terhadap perkembangan anak.
“Sayangnya, meski sudah disadari posisi keluarga sangat vital, namun pada kenyataannya tidak semua keluarga Indonesia menjadikan keluarga sebagai laboratorium dan incubator yang aman untuk tumbuh kembang yang ramah anak,” sesal Giwo.
Menurutnya, akar masalah terjadinya tindakan kekerasan salah satunya adalah persepsi yang bias atas kekerasan. Sebagian orang berpandangan membentak, membeda-bedakan, mencubit dengan tujuan mendisiplinkan anak bukan dianggap kekerasan.
“Padahal sikap dan tindakan demikian dapat dikategorikan sebagai kekerasan yang dapat berakibat negatif bagi tumbuh kembang anak,” tegas mantan Ketua Umum Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) ini.
Giwo memberikan pandangan bahwa berkeluarga bukan sekedar berhimpun, namun filosofinya adalah memiliki visi yang besar untuk tujuan masa depan yang lebih baik. Ki Hajar Dewantara sebagai tokoh pendidikan berpendapat keluarga adalah kumpulan beberapa orang yang terikat, mengerti dan merasa berdiri sebagai satu gabungan yang hakiki, esensial, nyaman dan berkehendak bersama-sama memperteguh untuk memuliakan masing-masing anggotanya.
Dengan demikian, segala bentuk sikap dan tindakan yang bermuatan kekerasan tidaklah lazim terjadi dalam lingkungan keluarga dengan berbagai alasan yang melatarbelakanginya, baik tujuan pendisiplinan, pembentukan mental, pendidikan atau alasan lain yang dipandang perlu.
“Keluarga ramah anak merupakan jawaban atas beragam masalah relasi dan pola pengasuhan yang selama ini masih menyimpan sejumlah masalah,” ujarnya.
(tety)
© 2014 Possore.com
All Rights Reserved