Jakarta, kowani.or.id — Sebagai upaya untuk mendokumentasikan kehidupan dan perjuangan pekerja rumah tangga Indonesia agar diakui sebagai pekerja, Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), bersama dengan Jaringan Nasional Advokasi Pekerja Rumah Tangga (JALA PRT) dan Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI) Jakarta meluncurkan buku berjudul “Kami Tidak Akan Diam: 31 Kisah Pekerja Rumah Tangga di Balik Ruang Tembok Domestik” pada Kamis, 10 Agustus 2017, di Wisma Antara, Jakarta.
Dalam peluncuran ini tujuh tokoh publik Indonesia akan meminjamkan suara mereka untuk menyuarakan kisah kehidupan pekerja rumah tangga yang harus menjalani jam kerja yang panjang dengan upah rendah dan tanpa kontrak kerja, hari libur dan cuti, perlindungan sosial dan perlindungan hukum. Sejumlah kisah terpilih akan dibacakan oleh Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri, Lukman Sardi (aktor), Morgan Oey (aktor), Nia Dinata (sutradara/produser), Sari Nila (presenter), Atiek Cancer (aktris) dan Dr. Ir. Giwo Rubianto Wiyogo, M.Pd. (Ketua Umum Kowani).
Peluncuran dan monolog ini merupakan bagian dari kampanye advokasi yang dilakukan konstituen dan para mitra sosial ILO untuk mempromosikan pekerjaan layak untuk pekerja rumah tangga dan penghapusan pekerja rumah tangga anak.
Buku ini terdiri dari 31 kisah ditulis oleh 27 pekerja rumah tangga yang berupaya mengubah persepsi dan stigma mengenai pekerja rumah tangga. Melalui kisah-kisah ini, para pekerja rumah tangga berusaha mengubah sistem yang tidak adil, dengan mendesak bahwa apa yang mereka lakukan di rumah-rumah majikan harus diakui sebagai pekerjaan, menempatkan mereka sebagai pekerja, mereka harus terlindungi secara hukum melalui undang-undang, hak kerja mereka harus dihormati seperti layaknya pekerja lainnya. Pekerja rumah tangga anak juga harus dihapuskan.
Dengan kata-kata mereka sendiri, para perempuan ini berbicara mengenai kehidupan sehari-hari mereka, ketidakadilan yang harus mereka hadapi, perlakuan semena-mena dan penganiayaan yang harus mereka alami, perjuangan keluarga serta aspirasi dan harapan mereka. Mereka pun mengisahkan keinginan untuk bersatu melalui serikat, aspirasi mereka untuk meningkatkan keterampilan dan kapasitas mereka serta upaya mereka untuk terus melakukan advokasi terhadap para pembuat kebijakan dan masyarakat mengenai pengakuan pekerja rumah tangga sebagai pekerja dan penghapusan pekerja rumah tangga anak.
Galeri: