8. PERKUMPULAN BUDI ISTRI
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ORGANISASI
Setelah kemerdekaan kita proklamasikan tanggal 17 Agustus 1945,
seharusnya seluruh aparatur negara diserahkan dari tangan Jepang kepada
Indonesia, namun pihak Jepang banyak yang membangkang, merasa pihak
sekutu lebih berhak melucuti mereka. Hampir seluruh pos penjagaan Jepang di
sekitar kota Bandung diserang para pejuang kita. Sebagian persenjataan mereka
kita rampas. Tentara Sekutu yang datang ke Bandung terdiri dari orang Inggris,
India dan Gurkha. Tugas melucuti senjata Jepang dan mengurus tawanan perang.
Dengan semangat meluap-luap pemuda Bandung serentak bangkit
menyerbu tentara Sekutu yang terang-terangan telah disusupi orang Belanda yang ingin memegang
kembali tampuk kekuasaan. Jatuhnya korban dipihak sekutu membuat mereka kalap. Dengan membabi
buta mereka menembaki kubu-kubu pertahanan para pejuang kita, tetapi korban yang terbanyak adalah
rakyat yang tidak berdosa. Pengumuman ini disebarkan 24 Maret 1946. Dengan segala kesadaran
fihak pejuang kita, untuk menghindarkan korban rakyat kita lebih banyak mereka mundur teratur
sambil bergerak mundur, para pejuang sempat menghancurkan segala bentuk bangunan yang dapat
menguntungkan musuh. Jadilah “Bandung Lautan Api”. Berduyun-duyun rakyat mengungsi keluar
kota karena kita tidak mau berhadapan dengan Belanda, setelah kota Bandung ditinggalkan oleh
pendudukannya, banyak juga orang yang tidak dapat pergi karena sudah jompo, yang sakit tidak dapat
berjalan jauh, mereka terlantar sama sekali. Atas usaha orang yang berjiwa sosial, juga dengan bantuan
Palang Merah, mereka yang tertinggal dapat tertolong dan mendapat jaminan dari para dermawan
tersebut.
Setelah terjadi aksi polisi (Perang Kemerdekaan 1 Juli 1947) beribu-ribu orang dari daerah
tempat mengungsi kembali ke kota Bandung. Mereka berjalan kaki siang malam, tak merasakan panas
atau hujan, ingin sekali kembali ke kampung halaman yang ditinggalkannya, tetapi ternyata rumahrumahnya
sudah tidak ada atau sudah ditempati orang lain, banyak yang sudah tidak dapat berjalan lagi,
kaki bengkak dan hongeroedeem (kelaparan). Pemerintah tidak dapat menolong sekaligus.
Terdorong oleh tanggung jawab kepada negara dan bangsa serta melihat kesulitan yang diderita
oleh mereka, maka pada tanggal 19 Desember 1947, atas inisiatif Ibu-ibu terkemuka di Bandung waktu
itu yaitu Ibu R.H.T. Djoewarsa, Ibu R. DR. Gadroen, Ibu R.A. Suriahudaya, Ibu R. DR. Musa (Ani
N),Ibu DR. Soewardi, Ibu R. Soenarya Kusumah, Ibu R. Sumardi, Ibu R. Suria Soemantri (almh), Ibu R.
Soelaiman, Ibu N.K. Judawinata, Ibu R. Rustandi dan Ibu R. Djukardi mendirikan suatu perkumpulan
yang dinamakan “Budi Istri”, yang memiliki arti istri berbudi.
VISI DAN MISI ORGANISASI
1. VISI.
–
2. Misi.
STRUKTUR ORGANISASI DAN FOKUS KEGIATAN 1. Kepengurusan. a .Pengurus Pusat : Berkedudukan di Bandung b. Jumlah Pengurus Daerah : 11 c. Jumlah Pengurus cabang : 7 d. Jumlah Pengurus Ranting : 5 2. Keanggotaan. Jumlah anggota 3000 orang ditambah 7 orang anggota kehormatan. 3. Kegiatan. Bergerak di bidang kegiatan sosial dan kemasyarakatan 4. Yayasan. Mengelola yayasan “ Panti Wreda Budi Pertiwi” yang terletak di Jl. Sancang 2, Bandung. IDENTITAS ORGANISASI 1. Nama Organisasi : Perkumpulan Budi Istri 2. Alamat Sekretariat : Jl. Laksamana RE Martadinata No.110, Bandung Telpon : (022) 4200699 4. Tahun Berdiri : 19 Desember 1947 5. Masuk Kowani : 1949