Peristiwa di Kalimantan Barat atas penangkapan dan pembunuhan keji oleh tentara pendudukan Jepang yang merenggut nyawa puluhan ribu orang selama kurun waktu tahun 1942 – 1944 telah menjadi sejarah paling kelam bagi bangsa Indonesia dan khususnya bagi masyarakat Kalimantan Barat. Pembunuhan besar-besaran terjadi pada tanggal 28 Juni 1944 di Mandor sehingga sebagai bentuk penghormatan kepada para korban tanggal 28 Juni diperingati sebagai “Hari Berkabung Daerah Kalimantan Barat” atas peristiwa tersebut. Namun demikian masih banyak masyarakat Indonesia yang berada di luar Kalimantan Barat belum mengetahuinya.
Diantara para korban yang terdiri dari tokoh masyarakat, cerdik pandai, raja, sultan, panembahan dan hartawan yang dibunuh dalam peristiwa pembunuhan masal di Mandor adalah dr. Rubini dan juga istrinya Amalia Rubini. Beritanya dimuat dalam koran Borneo Shimbun Pontianak edisi tahun kedua nomor 135 tanggal 1 Juli 1944.
Selama di Kalimantan Barat dr. Rubini menjalankan misi kemanusiaan dengan menjadi dokter keliling melayani pengobatan di daerah terpencil dan pedalaman. Ketika dibunuh oleh Jepang dr. Rubini menjabat Kepala Rumah Sakit Umum Sungai Jawi Pontianak dan sekaligus Kepala Bagian Bedah. Selain itu dr. Rubini juga menjabat salah satu pemimpin organisasi berhaluan politik yang menentang pendudukan Jepang dan menuntut kemerdekaan Kalimantan Barat bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Nama dr. Rubini pun telah diabadikan untuk nama RSUD dr. Rubini Mempawah, nama-nama jalan di Mempawah, Pontianak dan Bandung, serta nama Taman Aulia dr. Rubini di Mempawah.
Untuk mengenang peristiwa dan pelaku sejarah di Mandor agar lebih banyak diketahui oleh masyarakat di Indonesia dan tidak melupakan sejarah bangsanya, Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat mendukung permohonan ahli waris dr. Rubini sebagai Calon Pahlawan Nasional.
Oleh karena itu Kongres Wanita Indonesia (Kowani) bekerja sama dengan Kementerian Sosial RI dan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat menyelenggarakan Seminar Nasional secara online dengan tema “dr. Rubini – Pejuang Kemanusiaan dan Kemerdekaan Kalimantan Berat, Menuju Pahlawan Nasional”, Rabu, 27 April 2022.
Acara tersebut diawali dengan Laporan Ketua Kowani yang sekaligus Ketua Panitia Ibu Heryana Hutabarat, S.Sos dan Sambutan oleh Ketua Umum Kowani Dr. Ir. Giwo Rubianto Wiyogo, M.Pd serta dibuka secara resmi oleh Gubernur Provinsi Kalimantan Barat (diwakili oleh Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat) Ibu Dra. Hj. Linda Purnama, M. Si.
Adapun Narasumber pada acara diselenggarakan secara online melalui zoom meeting tersebut antara lain: 1. Dra. Murhardjani, MP (Direktur Direktorat K2KRS, Kementerian Sosial RI)2. Prof. Dr. Asvi Warman Adam (Profesor Riset Bidang Sejarah Sosial Politik BRIN).3. Dr. Basuki Wibowo, M.Pd (Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia Kalimantan Barat).
Pada sesi tanggapan diisi oleh Jendral TNI (Purn) Agum Gumelar (Ketua Umum Ikatan Alumni Lemhanas dan Ketua Umum PEPABRI) dan Dr. Mardan Adijaya Kesuma (Raja Mempawah XIII Pangeran Ratu Mulawangsa).
Sementara itu di akhir acara Ahli Waris dr. Rubini (Prof. Dr. Widya Artini Wiyogo (Ikke) menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan penguatan, dukungan dan pengakuan dari para Sejarawan, Pemerintah Indonesia baik yang ada di tingkat Daerah maupun tingkat Nasional khususnya, dan masyarakat Indonesia pada umumnya bahwa dr. Rubini layak untuk menjadi Calon Pahlawan Nasional.