Jakarta ,KOWANI — Jum’at, 8 Mei 2015, telah dilaksanakan Pertemuan dengan Tim Ahli KOWANI yang dipimpin oleh Ketua Umum Kowani, Dr. Ir. Giwo Rubianto Wiyogo M.Pd. Pertemuan yang berlangsung selama 2 jam tersebut merupakan perkenalan Dewan Pimpinan Kowani dengan para Tim Ahli.
Berikut ini rangkuman hasil pertemuan tersebut, yaitu beberapa nasehat dan wejangan serta petunjuk dan arahan dari para Tim Ahli.
1. Dr. Ratna Megawangi
Menurut Ibu Ratna, posisi Kowani sangat strategis, terutama jika diisi dengan kegiatan yang bermanfaat. Selama ini Ibu Ratna berkecimpung di bidang pendidikan karakter. Aktif di IPB, Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia. Founder of Indonesia Heritage Foundation, bergerak di bidang pendidikan karakter. Beliau mengembangkan model alternatif untuk pendidikan. Lebih lanjut disampaikan oleh Ibu Ratna, bahwa banyak hal seperti kreativitas, posisi kita masih di bawah. Anak-anak harus dididik untuk menjadi anak-anak yang berakhlak mulia dan kreatif.
Sebagai Koordinator Pendidikan Karakter yang aktif pada OASE Kabinet Kerja, beliau menyampaikan bahwa semua hal bisa disinergikan dengan Kowani. Diuraikan tentang bagaimana membentuk keluarga sebagai wadah pengasuhan anak yang penuh cinta, bagaimana menyadarkan para orang tua untuk dapat mengasuh anak-anaknya secara efektif.
Konsep pembentukan 2000 duta parenting, dapat dilakukan untuk organisasi anggota Kowani, sekaligus juga menggerakkan PAUD berkualitas sesuai Program Kemendikbud. Program satu Desa satu PAUD yang lebih diarahkan pada sisi kuantitas, sekarang akan diperbaiki kualitasnya. Guru-guru PAUD akan ditransform dengan paket-paket pelatihan, kegiatan dimulai pada 12 Mei 2015. Kowani dapat disertakan dalam pelatihan tersebut, karena ternyata, misalnya, masalah Narkoba itu terjadi sebagai akibat dari timbulnya masalah pada pola pengasuhan keluarga. Parenting yang baik bisa mencegah penyalahgunaan Narkoba.
2. Hj. A. Sulasikin Moerpratomo
Menurut Ibu Mur, Kowani harus berkomunikasi dengan organisasi pemuda untuk mendorong pelaksanaan revolusi mental. Beliau menyampaikan rasa bangganya terhadap Kowani yang baru beberapa bulan sudah sangat aktif melaksanakan berbagai kegiatannya. Beliau juga menyampaikan rasa bangga bahwa Ibu Giwo terpilih dalam Kongres XXIV Tahun 2014 sebagai Ketua Umum Masa Bakti 2014-2019 dengan perolehan suara yang signifikan.
3. Prof Dr. Aida Vitalaya S. Hubeis
Ibu Aida menyampaikan pujiannya bahwa Ibu Murpratomo adalah pemberi inspirasi, yang masih aktif sampai di usia lanjut. Ibu Aida yang mengajar Manajemen SDM, menginisiasi Kurikulum baru di IPB, yaitu ilmu Komunikasi Gender, yang semula banyak pro-kontranya namun kini sudah banyak diminati oleh Lintas Fakultas. Menurut beliau, relasi pria-wanita semakin kompleks, persoalan anak dengan adanya media sosial juga semakin kompleks. Di masa kini telah terjadi perubahan peran keluarga, untuk itu diperlukan tempat penitipan anak yang berkualitas, yang disediakan oleh Pemerintah, terlebih lagi jika UU PRT sudah terbit, maka keluarga muda pada umumnya tidak bisa lagi membayar PRT.
4. Dr. Ir. Muchtar Luthfie, MMA
Berpengalaman sebagai pengerah tenaga kerja, Bapak Muchtar menyatakan siap bekerjasama dengan Ibu Yulia dan kawan-kawan dari Bidang Ketenagakerjaan Kowani. Menurutnya, Kowani harus memperhatikan situasi kerja perempuan khususnya di Luar Negeri. Selama masih menjabat sebagai Dirjen Pengawasan Ketenagakerjaan, beliau mengawasi norma kerja perempuan dan anak. Ada sekitar 200 tenaga kerja wanita yang akan dihukum mati. Sulit bagi pemerintah membayar denda/jaminan, sehingga penting bagi kita untuk menyusun upaya-upaya preventif. Saat ini ada moratorium pengiriman TKW informal (PRT) ke Timur Tengah. Harus ada peningkatan keterampilan khusus seperti Cook, Care-giver, House-keeper. Ada sekitar 200 BLK di seluruh Indonesia. Untuk itu beliau menyatakan bahwa Kowani bisa membuat MoU dengan BLK untuk meningkatkan keterampilan wanita yang memerlukan pekerjaan, karena TKW yang bekerja di luar negeri meski sudah dilatih oleh swasta namun biasanya tidak dilakukan dengan benar, terlebih lagi dengan banyaknya pelatihan yang fiktif, maka merupakan tugas Kowani untuk terus memperjuangkan hak-hak wanita.
5. Rini Amalluddin, S.H., M.Si.
Harapannya, Kowani (Ketua, Kabid) bisa bekerjasama dengan Tim Ahli. Ibu Rini menyampaikan bahwa situasi politik saat ini sudah melampaui paradigma, kepentingan Politik dan Uang saling terkait, Bidang Politik terkait erat dengan Bidang Hukum dan HAM. Dengan telah adanya UU Desa, maka Bidang Politik dan Hukum harus masuk ke pedesaan sehingga masyarakat pedesaan faham akan hak-haknya. Lebih lanjut beliau mengingatkan agar perempuan jangan sampai dijadikan alat untuk memenangkan laki-laki.
Menurut pendapat beliau, masih ada Anggota DPR yang tidak memahami dengan baik tentang Gender. Kowani pernah menerbitkan buku “Kowani Menuju Parlemen” dan kini sedang disusun Buku Saku Analisa Politik Perempuan Indonesia. Berikutnya masalah dalam UU Perkawinan, bagaimana di masa kini perempuan sudah berani meminta cerai kepada suami, bagaimana seorang anak di luar nikah dapat diakui oleh ayah biologisnya. Akhirnya, Ibu Rini yang mengajar di Lemhanas – sekaligus mengetuai Yayasan Thalasemia dan menjadi Pembina Yayasan Sayap Ibu yang mengurus adopsi anak terlantar dan anak cacat – ini mengharapkan agar Ketua Umum dengan seluruh Pengurus Kowani dapat berjalan bersama, serta memanfaatkan Tim Ahli secara optimal.
6. Erna Sofwan Syukri, S.H.
Menurut Ibu Erna, UU Perkawinan memang sulit diubah. Namun tetap perlu diubah, caranya dengan mengubahnya item per item, misalnya tentang usia 16 Tahun yang masih terlalu dini diubah menjadi 18 Tahun. Seharusnya hal semacam ini masuk dalam UU Perlindungan Anak. Selanjutnya perlu ada supremasi hukum untuk menegakkan kesetaraan gender dan mencegah pelanggaran HAM. Aturan-aturan yang sudah tidak sesuai harus direvisi. Perlu penambahan satu pasal tentang restitusi bagi korban-korban Trafficking. Akhirnya, beliau berharap agar semua amanat Kongres di Bidang Hukum dan HAM dapat dilaksanakan.
7. Dr. Sjamsiah Achmad, M.A.
Selama Tiga Periode menjadi Tim Ahli, namun Ibu Sjamsiah merasa belum benar-benar berkontribusi. Beliau menyampaikan bahwa ada tiga tujuan Bidang Luar Negeri. Yang akan datang, Tim Ahli perlu diberitahu dalam bentuk tulisan 1-2 halaman tentang apa saja yang sudah dilakukan, sehingga dapat diarahkan apa saja yang bisa dilakukan ke depan. Menurut beliau, selama ini Tim Ahli lebih banyak dimanfaatkan oleh pihak luar. Kowani perlu mempertanyakan di mana perannya di ASEAN. Di ICW, pernah menjadi Presiden. Demikian pula pada Forum CEDAW. Akhirnya, Kowani memiliki consultative status di PBB, namun perlu dipertanyakan sejauh mana hal itu dimanfaatkan.
8. Dra. Niniek Sri Subandini, M.Si.
Ibu Niniek bertugas sebagai Tim Ahli di Bidang Manajemen Komunikasi. Beliau berterima kasih atas kepercayaan yang telah diberikan. Beliau menyampaikan bahwa Ibu Giwo pernah ditampilkannya di Majalah Pertiwi dan Majalah Kartini. Beliau memberikan pujian bahwa apa yang dilakukan Kowani untuk kemajuan wanita Indonesia telah banyak dan bagus sekali, namun jika tidak dikomunikasikan dengan baik maka masyarakat tidak akan tahu. Kini komunikasi tidak hanya melalui media cetak, namun juga melalui media sosial. Kowani memiliki Website, diharapkan agar dapat menjangkau anak-anak muda perempuan. Ke depannya, Kowani harus lebih komunikatif pada target sasaran, detilnya akan dikoordinasikan dengan Ibu Erry Simanjuntak, Ketua Bidang Humas. Terakhir, beliau menyampaikan bahwa sudah seharusnya Kowani memiliki awareness yang tinggi terhadap apa yang sudah dilakukan.
9. Maria Madjid Prioharyono
Latar belakang Ibu Maria adalah PR (Public Relation). Beliau sering bertukar fikiran dengan Ibu Susianah, Ketua Bidang Soskeskel. Menurut beliau, “PR-ship” adalah pilar utama dari suatu organisasi, itu adalah sistem dan budaya yang harus diandalkan oleh suatu organisasi. Seorang PRO (Public Relations Officer) harus belajar mengenai bagaimana mendampingi Pimpinan. Lebih lanjut beliau menyampaikan bahwa jika Kowani dicintai oleh lingkungan, maka semua program yang dilahirkan Kowani akan dipanuti. Anggota Kowani berjumlah 30 juta lebih, hal itu tidak main-main. Berikutnya, Ibu Maria yang juga aktif di BNN ini menyatakan bahwa Dr. Sunitri juga harus dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh Kowani. Lebih jauh lagi Ibu Maria menyampaikan bahwa dalam dunia volunteer, harus ada keikhlasan. Perempuan Indonesia harus diajak maju. Namun di sisi lain, Perempuan Indonesia juga ada yang terlibat dalam kejahatan Narkoba. Betapa beratnya Ibu atau Keluarga Indonesia menghadapi masalah Narkoba, karena keadaan sudah betul-betul gawat. Kowani sebaiknya memasukkan dalam laporan ke ICW bahwa Kowani aktif dan peduli dalam gerakan penanggulangan kejahatan Narkoba. Apa yang dilakukan oleh Kowani hendaknya dilaporkan setiap bulan kepada organisasi anggota dan juga BKOW. Hendaknya juga agar Kowani menitipkan kepada BNN agar BKOW bisa dilibatkan di Daerah-daerah. Untuk itu semua, tentang keadaan organisasi, maka Humas harus “well-informed”.
10. Dr. Sunitri Widodo
Ibu Sunitri masuk ke Kowani dari bawah, menjadi Pengurus di Bidang Humas lalu ke Bidang KKLH, dan berasal dari organisasi Persit Kartika Chandra Kirana. Saat ini Ibu Sunitri memimpin Aliansi Pita Putih, dimana Ibu Giwo juga aktif di dalamnya. Beliau menasehati agar jangan sampai di dalam Kowani ada ego antar-Bidang. Kowani keluar harus bersatu, harus terus berkomunikasi dengan BKOW, misalnya dalam pencegahan Narkoba. Saat ini ada 17 Sustainable Development Goals, untuk itu perlu dibagi tugas per Bidang, serta perlu adanya kerja sama dengan Kementerian Luar Negeri.
11. Ir. Indriastuti, M.M.
Saat ini Ibu Indri menjadi Tenaga Ahli di Bidang Lingkungan Hidup, juga mendampingi progam GPTP yang diprakarsai 7 organisasi induk termasuk Kowani. Beliau menyampaikan bahwa ada 3 Program Kerja Bidang Lingkungan Hidup. Untuk Program Perubahan Iklim, tidak hanya tanam-menanam pohon saja. Perlu diadakan edukasi untuk melakukan mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim. Sehubungan dengan itu, dalam rangka upaya pelestarian Lingkungan Hidup, banyak yang bisa dikerjakan sebagai kelanjutan dari apa yang pernah dikerjakan sebalumnya. Dalam Program Daur Ulang, tidak ada salahnya Kowani mengadakan MoU dengan Kementerian LH dan Kehutanan, agar program-programnya bisa disinergikan dan digabungkan. Selanjutnya Bidang LH terkait dengan Bidang-bidang lain, seperti Pendidikan LH bagi anak-anak. Ibu Indri memiliki mimpi, Kowani terlibat dalam upaya mendukung Program Ketahanan Pangan melalui diversifikasi pangan. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa anak-anak kini mulai kecanduan makanan instan dan berasal dari luar negeri. Untuk itu para Ibu harus memyadari akan Potensi Pangan Lokal. Jika kita memiliki kemauan dan bisa mewujudkan kemandirian pangan (Kementerian Pertanian), maka kita bisa memberikan edukasi kepada anggota Kowani agar timbul kesadaran dan terbentuk manusia Indonesia yang memiliki jiwa Nasionalisme yang tinggi.
Kesimpulan dari pertemuan dengan para Tim Ahli Kowani, sebagai berikut:
[Humas]