Perjalanan Kowani di Yogyakarta
Jakarta, KOWANI — Acara “Plengkung Gading” yang disiarkan langsung di Studio I TVRI Stasiun Daerah Istimewa Yogyakarta, Jl. Magelang KM 4,5 Yogyakarta, Jum’at (21 Agustus 2015) berlangsung pada pukul 17.30 – 19.00 WIB. Dengan mengangkat tema “Merdeka Untuk Pendidikan, Merdeka Untuk Kesejahteraan”
acara tersebut menghadirkan beberapa narasumber antara lain:
- Prof. Haryono Suyono (Pendiri Yayasan Damandiri)
- Prof. Rochmat Wahab, M.Pd, M.A (Rektor UNY)
- Dr.G.Sri Nurhantanto,SH,LL.M (Rektor UAJY), dan
- Dr.Ir.Giwo Rubianto Wiyogo, M.Pd (Ketua Umum Kowani).
Foto bersama usai acara Plengkung Gading di TVRI DIY
Hadir sebagai testimoni Prof. Dr.Anik Ghufron (Ka. LPPM UNY); Dr.I.Putu Sugiartha Sanjaya, SE,M.Si,Ak,C.A (Ka.LPPM UAJY); POSDAYA Binaan UNY dan UAJY serta Mahasiswa dari UNY dan UAJY.
Selain menghadiri acara Plengkung Gading, Ibu Giwo didampingi Dewan Pimpinan Kowani lainnya yaitu Ibu Titien Pamudji; Ibu Ignatia Endang K. Siregar, Ibu Farida Djoko dan Ibu ery Simandjuntak mengunjungi Yayasan Binaan Kowani yang ada di Kota Gudeg tersebut yaitu Yayasan Hari Ibu (YHI) dan Yayasan Seri Derma Kowani.
Kowani saat mengunjungi Yayasan Seri Derma Kowani
Dalam kunjungannya ke Yayasan binaannya, Rombongan Kowani menyempatkan diri berkunjung ke kediaman salah satu tokoh pergerakan wanita yang pernah menjadi pengurus pertama YHI (1953) yaitu Ibu S.Iman Soedijat. Beliau mengurai sekilas ringkas sejarah berdirinya YHI dan Museum Monumen Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia ‘Mandala Bhakti Wanitatama (MBW)’, semenjak YHI masih embrio dalam gagasan para tokoh pendahulu, peletakan batu pertama, dana pembiayaan hingga pembangunan gedung.
Koleksi yang dimiliki Museum Monumen Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia ‘Mandala Bhakti Wanitatama (MBW)’ berjumlah 135 yang terdiri dari jenis lukisan tokoh wanita, pakaian dinas, diorama, mesin ketik, foto, peralatan rumah tangga, peralatan kantor, peralatan dapur, peralatan pribadi, dan numismatik
Di rumah beliau terpampang beberapa lukisan dari orang-orang besar negara ini. Terpajang dari pada founding father pendiri bangsa dan tanah air Indonesia. Tepat di depan tampak poster besar yang bertuliskan “Aku tidak memikirkan benda-benda dunia ini seperti uang. Hanya orang-orang yang tidak pernah menghirup apinya nasionalisme yang dapat melibatkan dirinya dalam soal-soal biasa seperti itu. Kemerdekaan adalah makanan hidupku. Ideologi dan Idealisme adalah makanan untuk jiwaku. Aku sendiri hidup dalam kekurangan. Akan tetapi apa salahnya? Mendayungkan partaiku dan rakyatku secara bersama-sama ke pulau harapan, untuk itulah aku hidup”. Demikian tulisan yang terpampang langsung di dalam gambarnya panglima besar revolusi dan presiden pertama RI Ir Soekarno.
Berhadapan dengan sedikit agak miring kesamping, juga terlihat posternya pahlawan perempuan Indonesia. Perempuan yang terkenal emansipasi wanitanya. Iya, dialah R.A Kartini. Di disamping itu, terlihat sepasang poster pahlawan sekaligus kebanggaan beliau yang terpajang besar. Dialah yang semasa hidupnya selalu menderita guna memperjuangkan Indonesia supaya bisa terlepas dari penjajahan kolonial. Sepasang kekasih yang kemudian menjadi sepasang suami istri. Ki Hadjar Dewantara dan istrinya Nyi Hadjar Dewantara. Itulah sosok kebanggaan bagi Nyi Iman Sudijat yang merupakan murid langsung yang menerima pelajaran secara langsung dari Ki dan Nyi Hadjar Dewantara. Sang pahlawan pendidikan, politikus, sejarahwan dan seniman besar bangsa ini.
Kepada Ibu S. Iman Soedijat, KOWANI menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan atas jerih payah beliau dan para pemimpin yang telah mencetuskan gagasan besar adanya monumen itu. Semoga Tuhan meridhoi jasa, pengabdian dan bekti penerus dan pelaksana perjuangan demi kesalam bahagiaan wanita Indonesia. Amin.