TONGGAK PERJUANGAN PEREMPUAN DITANDAI DENGAN PERISTIWA BERSATUNYA KAUM PEREMPUAN DARI 97 ORGANISASI DALAM KONGRES PEREMPUAN INDONESIA I PADA 22 DESEMBER 1928 DI YOGYAKARTA. PERTEMUAN TERSEBUT BERTUJUAN UNTUK MENYUARAKAN HAK DAN CITA-CITA PEREMPUAN INDONESIA.
JAKARTA (Pos Sore) — Perempuan memiliki peran penting dalam menentukan arah kehidupan bangsa, baik di masa lampau saat berjuang merebut kemerdekaan, maupun di masa kini dalam mengisi kemerdekaan serta pembangunan bangsa.
Perempuan Indonesia telah menunjukan kontribusi nyatanya dari generasi ke generasi untuk memajukan bangsa.“Perempuan berperan besar dalam menentukan arah kehidupan bangsa, hal ini terbukti di lintas generasi. Dengan perannya masing-masing, mereka memaksimalkan dan membagikan potensi terbaiknya kepada keluarga, anak-anak, maupun masyarakat di sekitarnya untuk berkontribusi memajukan bangsa ini,” ungkap Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga.
Ia mengemukakan hal itu saat membuka Hari Ibu Webinar 3 Generasi sebagai bagian dari rangkaian Peringatan Hari Ibu (PHI) ke-92 tahun 2020, Jumat (18/12/2020). Webinar ini hasil kerjasama antara Kongres Wanita Indonesia (KOWANI) dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA).
Menteri Bintang menyampaikan tonggak perjuangan perempuan ditandai dengan peristiwa bersatunya kaum perempuan dari 97 organisasi dalam Kongres Perempuan Indonesia I pada 22 Desember 1928 di Yogyakarta. Pertemuan tersebut bertujuan untuk menyuarakan hak dan cita-cita perempuan Indonesia.Peristiwa sejarah ini mendasari Presiden Soekarno menetapkan 22 Desember sebagai Hari Ibu sebagai Hari Nasional pada 1959, yang juga bertepatan dengan Kongres Perempuan III yang berhasil membentuk gabungan seluruh organisasi perempuan di Indonesia.
Sehingga jelas Peringatan Hari Ibu bukanlah Mother’s Day melainkan wujud kongkrit peran perempuan dalam merebut kemerdekaan.Peran penting para perempuan yang tergabung dalam wadah organisasi menjadi bagian dari pergerakan nasional untuk mendapatkan kehidupan lebih layak bagi kaum dan bangsanya, serta lepas dari belenggu penjajahan. Karena perjalanan panjang dalam mempertahankan kemerdekaan tersebut, bukanlah pekerjaan mudah.
Perempuan ikut berperan nyata, mulai dari menjadi tentara perempuan pada agresi militer di awal kemerdekan, bekerja sebagai tenaga medis, membuka dapur umum, menjadi penulis dan politikus untuk menyalurkan pendapatnya, hingga menjadi ibu rumah tangga yang menjaga keluarganya. Perjuangan mereka pun masih terasa nyata hingga saat ini.
Peran perempuan tidak terhenti begitu saja. Mereka bahkan tetap menjadi sentral di berbagai sektor kehidupan. Peran perempuan tetap lestari dari generasi ke generasi bagi bangsa ini. Dalam sektor ekonomi dan ketenagakerjaan misalnya, perempuan telah menyumbangkan pendapatan cukup besar bagi negara, baik melalui sektor formal dan informal, di antaranya sebagai pekerja migran, pengusaha Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), bahkan perempuan tenaga kesehatan yang menjadi garda terdepan di masa pandemi Covid-19.
“Saya berpesan kepada para Ibu, mari kita lakukan upaya terbaik dalam menjaga keluarga dan lingkungan dari Covid-19. Inilah saatnya kita sebagai perempuan generasi penerus, ikut serta berjuang untuk menyelamatkan Indonesia dari krisis pandemi. Mari bergandengan tangan, satukan kekuatan untuk memberikan manfaat sebanyak-banyaknya bagi bangsa Indonesia. Selamat Hari Ibu. Perempuan berdaya, anak terlindungi, Indonesia maju,” terang Menteri Bintang.
Ketua Umum KOWANI, Giwo Rubiyanto Wiyogo menekankan pentingnya meluruskan makna bahwa Hari Ibu bukanlah mother’s day kepada para generasi muda. Peringatan Hari Ibu bertujuan untuk memaknai perjuangan pergerakkan perempuan Indonesia dalam melepaskan belenggu dari penjajahan dan meraih kemerdekaan.Menurutnya, peringatan Hari Ibu ke-92 adalah momentum perempuan Indonesia menjadi Ibu bangsa yang mengemban tanggung jawab mulia, inovatif, dan memiliki kepribadian bangsa nasionalisme, serta sehat dan jasmani.
“Mari bersama memaknai momentum ini dengan mengimplementasikan hasil perjuangan ibu bangsa di masa lalu untuk saling mengerti, menghargai, dan menciptakan keselarasan di antara generasi dengan generasi berikutnya, serta mengiatkan peran penting perempuan tidak hanya dalam menjalankan kodratnya, tapi juga berkontribusi langsung dalam pembangunan demi memajukan bangsa,” terang Giwo.Giwo melanjutkan, semua pihak harus berkolaborasi dan bersinergi mengemban amanat para founding mothers untuk sebaik-baiknya menjadi ibu bangsa sejati. “Jangan melupakan sejarah, kita harus menjalankan amanah para perempuan terdahulu yang memberikan pengorbanan luar biasa bukan hanya materi tapi juga jiwa dan raga,” tegas Giwo.
Ia menekankan pentingnya menjalin kedekatan dengan generasi muda melalui sosialisasi dan edukasi terkait makna sebenarnya dari Peringatan Hari Ibu sehingga genetasi milenial bisa memaknai Hari Ibu secara utuh.Staf Khusus Menteri Pemuda dan Olahraga Bidang Kreativitas dan Inovasi, Alia Laksono sebagai perwakilan dari generasi milenial menuturkan bahwa makna Peringatan Hari Ibu merupakan perayaan perjuangan perempuan yang identik dengan kapasitas kebebasan perempuan untuk memilih jalannya, dalam mengisi pembangunan serta memberi dampak positif bagi lingkungan dan bangsa.
Puteri Dewan Pertimbangan Presiden Agung Laksono ini menambahkan peringatan Hari Ibu adalah untuk memaknai perjuangan kaum perempuan Indonesia. Bukan peringatan “mother’s day” karena makna ibu di sini bukan hanya ditujukan untuk perempuan yang menyandang status ibu, tetapi perempuan yang belum menikah dan perempuan yang belum atau tidak memiliki anak.
“Peringatan Hari Ibu momentum untuk mengenang semangat para perempuan luar biasa yang turut berjuang menentang penjajah, khususnya dalam memperjuangkan nasib perempuan dalam mendapatkan kesetaraan dengan laki-laki dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan menyuarakan pendapat di hadapan publik,” tuturnya.
Tokoh perempuan Sjamsiah Ahmad, yang menjadi narasumber webinar mengungkapkan pentingnya peran serta generasi muda untuk memahami dan melanjutkan pencapaian tujuan pergerakan perjuangan perempuan di masa lampu, dengan memperhatikan aspek positif maupun negatif dari laju globalisasi. Hal ini bertujuan untuk membangun dan memelihara bangsa ini melalui kemitraan yang setara, adil dan tulus dengan kaum laki-laki.Dalam pemaparannya, Sjamsiah Ahmad mengatakan perjuangan perempuan Indonesia sudah dimulai sejak akhir abad XVI di Aceh, abad XVIII di Maluku, di Jawa Barat, dan seterusnya.
“Saya yakin generasi penerus sangat paham berbagai perangkat hukum tentang kemitraan yang setara antara perempuan dan laki-laki, tetapi saya yakin mereka tidak cukup memahami sejarah perjuangan ibu-ibu kita sendiri,” katanya.Ia lantas merujuk pada perjuangan Laksamana Malahayati yang dikenal dengan nama Keumalahayati dari Aceh, Martha Christina Tiahahu dari Maluku, dan Dewi Sartika dari Jawa Barat.
Sjamsiah mengatakan perempuan Indonesia juga banyak berperan setelah kemerdekaan dan Indonesia menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Bersama perempuan-perempuan sedunia, perempuan Indonesia banyak mempengaruhi organisasi bangsa-bangsa tersebut sehingga sejak awal sudah memiliki Komisi Kedudukan Perempuan (CSW).
“Perlu dicatat, sejak awal kemerdekaan ibu-ibu kita telah turut menghadiri sidang-sidang CSW, yang selanjutnya menjadi badan dunia yang secara khusus memperhatikan kedudukan wanita dalam keluarga, masyarakat, negara, dan organisasi-organisasi antarnegara di dunia,” tuturnya. (Tety)
sumber link: http://possore.com/2020/12/19/peran-perempuan-lintas-generasi-membangun-bangsa-untuk-indonesia-maju/
Youtube: https://youtu.be/5_Zp8pqK3TU
Facebook: https://www.facebook.com/photo?fbid=3463784063740453&set=pcb.3463798443739015