Sejarah

22. IKATAN SARJANA WANITA INDONESIA
(ISWI)

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ORGANISASI

Ikatan Sarjana Wanita Indonesia (ISWI) didirikan di Jakarta pada tanggal 3
Mei 1956 sebagai wadah komunikasi baik untuk sesama wanita akademis
di dalam negeri maupun di luar negeri. Mula-mula ISWI bernama
Perhimpunan Wanita Universitas di Indonesia dengan Ny. Nani Suwondo,
SH sebagai ketua pertamanya. Pada tahun 1962 nama perhimpunan diganti
dengan Ikatan Sarjana Wanita Indonesia (ISWI).

ISWI adalah organisasi yang berdiri sendiri dan tidak menjadi bagian
dari organisasi lain. ISWI berasaskan Pancasila dan UUD 1945. Pada waktu
itu bernama Perhimpunan Wanita Universitas Indonesia menjadi anggota
International Federation of University Women (IFUW). Beberapa anggota
ISWI berhasil memenangkan beasiswa dari American Association of University Women, untuk
mengikuti post graduate course di Amerika Serikat.

Pada tahun 1956 ISWI menjadi anggota Kowani, dan sejak 1961 sampai 1974 mempunyai
wakil dalam Dewan Pimpinan Kowani. Sejak Komisi Nasional kedudukan wanita Indonesia (KNKWI)
didirikan, ISWI selalu mempunyai anggota didalam KNKWI, Ny. Suwarni Salyo menjadi anggota
Presidium KNKWI selama masa jabatan (maksimum) dan sekarang menjadi anggota Ahli.

Selain mengadakan kegiatan-kegiatan untuk para anggota ISWI sendiri, ISWI juga berkegiatan
untuk masyarakat banyak meliputi bidang pendidikan. ISWI cabang Bandung dalam waktu dekat akan
membuka kursus fashion dan catering. Dalam bulan April 1983 ISWI membentuk Biro Konsultasi
Penyuluhan, Pelayanan dan bantuan hokum di Jakarta.

VISI DAN MISI ORGANISASI

1. Visi
Wanita yang bermoral tinggi, terasah intelegensinya, serta mempunyai komitmen yang
tinggi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan menyejahterakan masyarakat. Dalam segala
hal wanita Indonesia menjunjung kodratnya dan menghormati harkat dan martabatnya.

2. Misi
Memberdayakan wanita pada umumnya dan anggota ISWI khususnya untuk menjadi
warga negara yang efektif dan bertanggung jawab, sehingga wanita Indonesia tahu kedudukannya
sebagai warga negara. Menghayati hak dan kewajibannya. Peduli terhadap lingkungan dan
masyarakat dan sanggup mengaktualisasi kepeduliannya itu. Berhasrat mengembangkan
potensi-potensinya.