Jakarta, kowani.or.id — Sebagai bentuk ungkapan rasa syukur dalam memperingati hari Ibu dan sekaligus hari lahirnya yang ke sebelas windu (88 tahun), Kongres Wanita Indonesia (Kowani) meluncurkan buku “Sebelas Windu Kowani Mengukir Bakti” bertempat di Kantor Kowani, Jalan Imam Bonjol No.58 Jakarta (20/12/2016).
Ketua Umum Kowani, Dr. Ir. Giwo Rubianto Wiyogo, M.Pd. menyampaikan bahwa buku ini mempunyai arti penting bagi Kowani. Buku ini adalah salah satu cita,cita dan sekaligus perwujudan cinta kita kepada sejarah, para pahlawan, para founding mother dan kiprah serta sekaligus memuat harapan-harapan yang hendak dituju Kowani kedepan.
“Melalui buku ini juga bisa menjadikan kita kembali “me-riview” sekilas tentang lintasan sejarah dan lintasan peristiwa yang menjadi benang merah tentang eksistensi dan sekaligus sejarah keemasan Kowani berikut mengenang para Pahlawan Wanita dan tokoh tokoh wanita yang menginspirasi Kowani pada khususnya dan Perempuan pada Umumnya” kata Ibu Giwo.
Diakhir sambutannya Ibu Giwo menyampaikan terimakasih kepada panitia dan siapapum yang telah mendedikasikan diri demi terwujudnya buku yang sarat dengan makna dan fungsi ganda dan memiliki arti yang khusus bagi Kowani periode 2014-2019.
Testimoni :
KOWANI TAK LEKANG DARI HATI
Bagi banyak orang Indonesia nama KOWANI mungkin sudah dikenal, atau setidaknya pernah didengar oleh kaum perempuan yang dalam hidupnya pernah bersinggungan dengan organisasi federasi perempuan di Tanah Air itu.
Bulan Desember tahun ini Kowani memperingati usia 11 Windu, atau 88 tahun dengan ditandai peluncuran buku berjudul “Sebelas Windu KOWANI, Mengukir Bakti”.
Penerbitan buku tersebut menjadi monumen penting untuk mengabadikan sejarah panjang Kongres Wanita Indonesia karena tanpa catatan tertulis, sejarah bisa mudah terlupakan.
Melalui buku yang disusun dalam 11 bab itu Kowani menyampaikan gambaran yang lebih utuh tentang sejarah organisasi, yang menghimpun 86 organisasi perempuan dan memberi manfaat bagi 52 juta perempuan di Indonesia, suatu jumlah yang relatif besar bagi negara berpenduduk sekitar 250 juta ini.
Buku yang ditulis dengan hati-hati dan teliti itu menjadi bukti bahwa Kowani adalah wadah bagi kaum perempuan untuk berhimpun dan mewujudkan perannya sebagai “Ibu Bangsa”.
Berbagai program kerja Kowani yang tertuang dalam buku ini menunjukkan bahwa organisasi mendorong anggotanya untuk tumbuh dan berkembang menjadi perempuan yang bermartabat dan mampu membina keluarga, mendukung suami serta putra-putrinya, mengajarkan akhlak dan moral serta iman kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Sebagai “ibu” bagi bangsa, anggota Kowani mempunyai kepekaan sosial, kepedulian kepada kepentingan kaum perempuan, kesetaraan gender masalah lingkungan hidup, penguatan ekonomi bahkan juga kesadaran dan pembelaan akan Hukum dan HAM.
Perjuangan Kowani sejak awal dikisahkan menghadapi berbagai tantangan, misalnya ketika akan mengikuti Kongres Perempuan I yang diselenggarakan di Jogyakarta pada Desember 1928, kaum ibu sempat berdemonstrasi tidur di bantalan rel kereta api agar diizinkan naik kereta. Pasalnya para penguasa Belanda semula menghalangi niat mereka pergi ke Jogya dengan mengeluarkan larangan naik kereta api. Demonstrasi itu menghambat layanan transportasi bagi para calon penumpang, sehingga para perempuan peserta kongres akhirnya diiznkan naik.
Sebagai ibu rumah tangga dengan tanggungjawab yang besar serta tugas yang padat, anggota Kowani masih bisa menyediakan waktu dan komitmen untuk melakukan berbagai aktivitas yang memerlukan pengorbanan waktu, pikiran, tenaga dan bahkan dana.
Buku ini menunjukkan kepada pembaca bahwa Kowani juga berkiprah dalam jaringan internasional, belakangan membuka laman (situs web) bertajuk connecting women yang dapat menghubungkan kaum perempuan tanpa batas waktu, tempat , ras dan suku bangsa termasuk usia. Boleh di bilang Kowani berusaha untuk terus menjadi “muda” dalam usia yang mencapai 88 tahun.
Dalam karakter Kanji dan dipercaya oleh masyarakat Jepang, usia 88 adalah saat yang istimewa karena penulisannya melambangkan kata “beras”. Usia 11 windu disebut sebagai “tahun beras” yang artinya melambangkan usia makmur.
Semoga dalam usia istimewa ini Kowani akan terus mendampingi anak bangsa, menjadi ibu yang melindungi, membimbing dan mendorong kemajuan.
Buku yang sangat tebal dan serius ini hendaknya menjadi langkah awal untuk terbitnya sejumlah buku baru lagi, yang dapat menjawab kebutuhan kaum perempuan dari segala lapisan sosial, usia, serta menyajikan berbagai tema.
Selamat atas penerbitan buku ini dan selamat menikmati usia istimewa.
Jakarta, 20 Desember 2016
Maria D. Andriana, redaktur pada Perum LKBN Antara.
http://www.hariansuara.com/index.php/2016-04-03-03-37-23/3234-perayaan-11-windu-kowani-luncurkan-buku-inspirasi-perjuangan-perempuan-indonesia