Berita

  • Home
  • Berita
  • Kowani: Harus Ada Perhatian Serius Lindungi Perempuan dan Anak dari Jerat Radikalisme

Kowani: Harus Ada Perhatian Serius Lindungi Perempuan dan Anak dari Jerat Radikalisme

  • adminkowani
  • 19 June 2020
News Image

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (Kowani) Dr Giwo Rubianto Wiyogo meningatkan kaum wanita supaya tidak mudah percaya dan dipengaruhi dengan informasi atau berita bohong.
Menurutnya, korban hoaks rentan terjerumus dalam jeratan terorisme.

“Paham radikalisme dan terorisme menyebarkan pengaruhnya melalui online dan offline . Secara online melalui media sosial (Facebook, Twitter dan Instagram), yang diakses melalui gawai yang telah menjadi bagian keseharian kita,” kata Giwo dalam webinar “Perkembangan dan Pencegahan Radikalisme di Kalangan Perempuan Indonesia” di Jakarta, Kamis (18/6/2020).

Dirinya menjelaskann, perempuan sendiri seringkali mudah dipengaruhi, mudah percaya kepada informasi-informasi dan hoaks, sehingga mudah terjerumus dalam jeratan terorisme.

Giwo menjelaskan, saat ini aksi terorisme bukan hanya dilakukan oleh laki-laki, namun juga kaum perempuan.

Beberapa tahun belakangan, terdapat tren perempuan menjadi sasaran organisasi ekstremis (teroris) yang memanfaatkan posisi perempuan sebagai penggerak di garis depan, propagandis, dan perekrut.

Dia menilai, perempuan menjadi sasaran rekrumen karena dianggap lebih mudah gerakannya dibandingkan dengan laki-laki.
“Tidak heran jika belakangan ini kita sering mendengar perempuan dan anak dipaksa melakukan aksi bom bunuh diri, seperti dalam beberapa kasus yang terjadi beberapa waktu lalu. Contohnya, kasus bom bunuh diri di Surabaya dan Sidoarjo pada Mei 2018, ada tiga perempuan yang terlibat dalam aksi itu. Beberapa perempuan muda menjadi korban, mereka dijadikan istri oleh jaringan teroris dengan tujuan untuk aksi terorisme,” paparnya.
Giwo menjelaskan, pelibatan perempuan dan anak dalam ekstremisme kekerasan menjadi salah satu isu yang mengkhawatirkan dan perlu mendapat perhatian serius dari berbagai pihak.

Pasalnya, perempuan memiliki peran yang cukup kompleks dalam pusaran ekstremisme dan radikalisme.

“Banyak perempuan yang menjadi korban. Meski demikian, perempuan juga berperan sangat penting dalam pencegahan ekstremisme kekerasan. Bahkan, ada istri-istri yang berperan mencegah suami dan anaknya terlibat dalam terorisme,” kata Giwo.
Oleh karena itu, perlu adanya upaya merumuskan langkah bersama untuk melindungi perempuan dari radikalisme, melalui penguatan perempuan-perempuan dengan edukasi dan sosialisasi masif mengenai bahaya radikalisme harus terus dilakukan.

Secara ekonomi pun, perempuan perlu diberikan pelatihan agar bisa keluar dari jerat kemiskinan, sehingga tidak mudah terpedaya rayuan teroris. Selain itu, organisasi keagamaan/kemasyarakatan harus aktif turun sampai ke tingkat keluarga, tidak bisa lagi diam dan menunggu, ada kasus baru bergerak.
“Kami berharap para perempuan dapat terhindar dari jerat radikalisme, memegang teguh tujuan pendiriannya, menjadi pelopor sekaligus mampu mengemban tugasnya sebagai Ibu bangsa, yaitu perempuan yang mendidik anak-anak sebagai generasi penerus bangsa, kreatif, inovatif, unggul, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian kuat dan nasionalis, mampu menjaga moral keluarga dan masyarakat, menjaga alam untuk anak cucunya, serta mampu menggerakkan ekonomi keluarga dan masyarakat,” kata Giwo.

Narasumber lain yaitu Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menjelaskan pengertian Terorisme yang telah tertuang dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2018.

Menurutnya, terorisme telah mengancam keamanan negara dan kemanusiaan di dunia.
Dalam paparannya, Kepala BNPT menjelaskan keterlibatan perempuan dalam terorisme meningkat secara signifikan sejak tahun 2011.
Mudahnya terserap paham propaganda, menjadi salah satu faktor keterlibatan perempuan dalam pusaran terorisme.

“Faktor perempuan bisa masuk dalam pusaran terorisme dari segi propaganda, keagamaan atau sebagai khilafah, faktor ideologi, politik, dan pribadi dalam pencarian jati diri. Namun doktrin dari laki-laki atau suami mereka juga memiliki peran mengajak perempuan serta anak-anak mereka untuk ‘berjihad’,” Kepala BNPT.

Dalam lingkaran radikalisme dan terorisme, perempuan dinilai sangat diandalkan dalam hal loyalitas, kesetiaan, dan kepatuhan.

Perempuan juga dinilai mudah percaya dan tunduk dengan hasutan yang berbau agama.
Menurut Boy, tak jarang, keterlibatan perempuan digunakan sebagai siasat untuk mengelabui aparat penegak hukum.

Oleh karena itu, diperlukan kewaspaan dalam menggunakan media sosial mengingat saat ini konten propaganda kelompok radikal dengan mudahnya bisa ditemui dan diakses secara daring.

Untuk diketahui, webinar ini diikuti sebanyak 500 peserta yang berasal dari seluruh wilayah Indonesia, dan Luar Negeri seperti Hongkong, Bangkok, Sydney, dan New Zealand.

Sumber link: https://jakarta.tribunnews.com/2020/06/19/kowani-harus-ada-perhatian-serius-lindungi-perempuan-dan-anak-dari-jerat-radikalisme

Baca juga: https://www.antaranews.com/berita/1561840/bnpt-perempuan-banyak-dilibatkan-dalam-terorisme-karena-setia

Create Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *