Ketua Bidang Sosial, Kesehatan, dan Kesejahteraan Keluarga Kongres Wanita Indonesia (Kowani) Dr. Khalilah, M.Pd. menghadiri Pertemuan Advokasi Lintas Kementerian dan Lembaga tentang KTR (Kawasan Tanpa Rokok) di Hotel Manhattan 30 Januari 2020.
Kegiatan tersebut membahas 5 Fakta dan Dampak Rokok di Indonesia yaitu antara lain Tembakau faktor risiko kematian dan disabilitas (Rank 1 Laki-Laki dan Rank 7 Perempuan (IHME, 2017); Perokok tertinggi adalah orang-orang Miskin (27.3%) VS orang kaya (19,5) (riskesdes 2013); Konsumsi rokok RT adalah pengeluaran terbesar RT ( 2,6 pengeluaran telur dan susu, 7.6 daging dan 3.6 kesehatan)(BPS 2018); Kejadian anak pendek (stunting) 5.5% lebih tinggi pada anak yg orang tuanya perokok (PKJS UI 2018) dan Economic Lost ( 378.75 T) > Cigarette Excise (103.03 T) (Dr.Suwanda cosen economic costs of tobacco).
Selain itu, prevalensi merokok usia 10-18 meningkat dari 7.3% 2013 menjadi 9.% 2018 dan Pemerintah sulit banget mencapai target penurunannya.
Ketua Bidang Soskeskel Kowani mengajak masyarakat “Mari kita mulai dari diri kita sendiri, orang yang terdekat kita, keluarga kita yang merokok tolong jangan merokok atau kurangi rokoknya karena perokok pasif atau kita yang tidak merokok, menanggung akibatnya juga, sebab asap rokoknya bisa menyebabkan kematian,” ujarnya.
“Yuk kita terapkan dilingkungan kita, di rumah, di kantor, di organisasi kita, dan di lingkungan kita agar menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR), seperti Kabupaten Bogor yang keren banget berusaha menjaga kesehatan masyarakatnya dengan gencar membuat aturan dan advokasi agar Bogor bebas asap rokok” Ajak Dr. Khalilah, M.Pd.
Mencegah tetap lebih baik dari pada mengobati karena jika sudah sakit maka 80 % pendapatan kita kesedot hanya untuk berobat, jadi marilah memilih untuk hidup sehat tanpa rokok.