Berita

  • Home
  • Berita
  • Kepedulian Kowani pada Anak Indonesia

Kepedulian Kowani pada Anak Indonesia

  • adminkowani
  • 5 August 2016
News Image
Jakarta, KOWANI — Kongres Wanita Indonesia (KOWANI) yang dipimpin oleh Dr. Ir. Giwo Rubianto Wiyogo, M.Pd. selaku Ketua Umum, pagi ini, Rabu, 23 September 2015, berikan perhatian dan sumbangan ke rumah korban kebakaran yang menewaskan dua balita kembar Andre dan Andra putra kembar pasangan Pasaribu (34) dan Neli Hilda Tamba, di Gang Damai RT 09/03, Kelurahan Pulogebang, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur, Kamis (17/9) sekitar pukul 15.15 WIB.
Api yang diduga berasal dari korsleting listrik di bagian dapur rumah, membesar dan menghanguskan hampir seluruh bagian bangunan. Celakanya, kedua anak kembar yang masih berusia tiga tahun, tengah tertidur di kamarnya tak dapat diselamatkan, hingga turut terbakar.
Saat Kowani datang berkunjung, Leny Hilda Tamba, ibu kedua bocah itu tampak masih syok dan tak percaya kalau dua anak kesayangannya itu telah meninggal akibat amukan si jago merah.
“Si kembar emang lagi lucu-lucunya, dia anak yang periang. Kalau saya becandain saja murah senyum. Kalau sama teman-temannya enggak pernah nakal. Anaknya baik dua-duanya,” tuturnya kepada Kowani sambil menahan tangis.
“Atas nama Dewan Pimpinan Kowani, kami turut berduka cita yang mendalam kepada semua pihak atas musibah yang dialami, semoga kejadian ini tidak terjadi lagi,” kata Ibu Giwo menyampaikan keprihatinannya.

Seusai kunjungan tersebut, Ibu Giwo yang datang bersama:

  1. Ibu Lia Tono Suratman (Ketua)
  2. Ibu Titien Pamudji (Sekjen)
  3. Ibu Atiek Sardjana (Wasekjen)
  4. Ibu Jeane T. Poegoeh (Kabid Hukum & HAM)
  5. Ibu Susianah (Kabid Soskeskel)
  6. Ibu Ery Simandjuntak (Kabid Humas), dan
  7. Ibu Maharsih Manan (YLBH & MK),

    mereka melanjutkan kunjungan ke keluarga korban kekerasan anak di daerah Bintaro, Jakarta Selatan.

Kowani menyesalkan kasus kekerasan pada anak yang kembali terjadi di Jakarta. Hal ini terkait tewasnya A (8), siswa kelas II SD 07 Pagi Kebayoran Lama Utara, A diduga tewas akibat ditendang oleh teman sekelasnya, R (8), saat lomba menggambar.

“Kami prihatin, KOWANI menentang keras kasus bullying yang menimpa korban A (8 Tahun). Tindakan ini tentu menjadi preseden instansi pendidikan dan lingkungan sekolah tidak memberi jaminan keamanan dan kenyamanan bagi anak didik” kata Ibu Giwo.

Kasus bullying, tidak dapat diselesaikan dari satu sektoral saja. Namun, banyak pihak yang harus turun tangan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Tak hanya guru, siswa juga harus diberi pendidikan untuk menjauhi tindakan bullying, lanjut Ibu Giwo. Untuk itu, Kemedikbud perlu memastikan bahwa seluruh sekolah di Indonesia tanpa bullying, perlu dilakukan pengawalan penyelenggara sekolah agar tak ada bibit bullying di lembaga pendidikan yang seringkali ditoleransi.

Saat ini kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan masih tinggi. Dari data yang masuk pada Komnas Perlindungan Anak, ada 500 laporan pada kurun waktu Januari-Mei. Sebenarnya jumlah yang terjadi di lapangan jauh lebih tinggi dari laporan yang diterima Komnas PA, bahkan kasus kekerasan pada anak ini merupakan fenomena gunung es. Kasus kekerasan terhadap anak ini merupakan fenomena gunung es, dimana yang terlihat dan terlaporkan hanya sebagain pucuk kecil yang menyumbul, sementara tumpukan kasusnya tersembunyi, yang tidak terlihat lebih banyak lagi. Kowani berharap, kejadian ini menjadi yang terakhir dan tak terulang kembali.

(Humas KOWANI)

Create Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *