- Dr. Hj. Marlinda Irwanti Poernomo, SE, M.Si.
2. Nannie Hadi Tjahjanto
3. Prof. Dr. Masyitoh Chusnan, M.Ag.
2. Nannie Hadi Tjahjanto
3. Prof. Dr. Masyitoh Chusnan, M.Ag.
Mengingat bahwa tugas dan wewenang Dewan Pimpinan Kowani antara lain: menyelenggarakan Kongres dan mempertanggungjawabkan tugasnya kepada Kongres. Mmaka Dewan Pimpinan Kowani masa bhakti 2019-2024 menyelenggarakan Kongres XXVI Kowani Tahun 2024 dengan Tema: “Kowani Sebagai Ibu Bangsa Memperkuat Komitmen Mewujudkan Indonesia Emas” Sub Tema: “Bersama Organisasi Anggota Kowani Perkuat Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak” pada tanggal 4 Desember 2024 di Gedung Tribrata Jl. Darmawangsa III No. 2 RT 02 RW 01 Pulo, Kec. Kebayoran Baru, Kota Jakarta Selatan, DKI Jakarta.
Kongres memegang kekuasaan tertinggi, sebagai pengejewantahan kedaulatan anggota. Sehubungan dengan itu, penyelenggaraan Kongres XXVI Kowani bertujuan:
Selain 3 tujuan tersebut, dalam Kongres XXVI Kowani Tahun 2024, juga akan disahkan 9 organisasi yang akan bergabung menjadi anggota Kowani, sehingga pada Kepengurusan Kowani masa bakti 2019-2014 jumlah organisasi anggota Kowani sebanyak 111 organisasi.
Kami berharap, “Kongres Kowani ke-XXVI tahun 2024” dapat menjadi langkah strategis untuk memperkuat kolaborasi dan solidaritas antar organisasi anggota Kowani, membangun jejaring yang lebih luas lagi dalam upaya meningkatkan kualitas hidup perempuan dan anak di seluruh Indonesia.
Berikut calon Dewan Pimpinan Kowani Masa Bakti 2024-2029
Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (Kowani) Giwo Rubianto menerima Tanda Kehormatan berupa Bintang Mahaputra Nararya dari Presiden Jokowi.
Giwo mengaku tidak menyangka dan mengira dirinya bakal menerima penghargaan tersebut.
“Merasa sangat terhormat atas penghargaan yang telah diberikan kepada saya berupa gelar tanda jasa kehormatan dari Presiden RI di Istana Negara,” ujar Giwo dalam siaran pers, Rabu (14/8/2024).
Selama ini, Giwo menyatakan, membaktikan dan mendedikasikan diri terhadap program-program pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak-anak.
“Kami jalankan sesuai dengan organisasi sesuai dengan kebutuhan dari masyarakat untuk menjalankan program-program nyata. Yang memang saya dedikasikan dengan tulus dan ikhlas tanpa rasa pamrih,” ungkapnya.
Giwo mendedikasikan Bintang Mahaputra itu untuk Kowani dan seluruh perempuan Indonesia, sebagai suntikan semangat, menjadi motivasi dan inspirasi, untuk terus maju, berdaya dan naik kelas.
“Peran para perempuan senjata penting bagi pembangunan bangsa dan negara ini,” ingat Giwo.
Dia juga berharap, semakin banyak yang melihat permasalahan perempuan dan anak-anak di sekitarnya.
“Nah siapa lagi yang berbuat kalau bukan kita, sebagai perempuan sebagai ibu bangsa,” imbuhnya.
“Kami diamahkan dan para founding mother untuk menjalankan amanah yang diberikan kepada masa-masa lalu yang terus kita perjuangkan,” ucap Giwo.
Dia pun menyampaikan terima kasih kepada Presiden Jokowi, serta Ketua dewan GTK Hadi Tjahjanto dan jajarannya atas pemberian penghargaan ini.
Terima kasih yang mendalam juga kepada Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Bintang Ayu Puspayoga, serta seluruh jajaran kementerian yang telah memperjuangkan penghargaan ini.
“Dukungan dan kerja sama dari kementerian sangat berarti bagi kami dalam upaya kami untuk memberdayakan wanita dan melindungi anak-anak di seluruh negeri,” jelas Giwo.
Penghargaan ini, lanjutnya, bukan hanya merupakan prestasi pribadi, tetapi juga merupakan hasil kerja keras dan komitmen bersama dari semua pihak.
Baik anggota Kowani, mitra, dan pihak-pihak yang telah berkontribusi dalam program-program yang mereka jalankan.
“Ini adalah dorongan bagi kami untuk terus melanjutkan misi kami dalam meningkatkan kualitas hidup perempuan dan anak-anak di Indonesia sebagai Ibu Bangsa,” terang Giwo.
Dia juga menegaskan bahwa penghargaan ini bukanlah akhir dari perjalanan, tetapi justru menjadi motivasi tambahan untuk terus bekerja lebih keras dalam upaya memperjuangkan hak dan kesejahteraan wanita.
“Kami akan terus berkomitmen untuk meningkatkan kualitas hidup wanita di Indonesia dan memastikan bahwa mereka mendapatkan kesempatan yang sama dalam segala aspek kehidupan,” tandas Giwo.
Derap langkah Kongres Wanita Indonesia (Kowani) di tengah masyarakat, dan keikutsertaan wanita dalam berbagai bidang pembangunan, tak terlepas dari peran para perintis pergerakan wanita dahulu kala. Kemudian, diiringi pertumbuhan organisasi-organisasi wanita yang dilatarbelakangi berbagai aspirasi dan sebagian besar merupakan bagian dari organisasi pemuda yang telah ada.
Sumpah persatuan dan kesatuan yang diikrarkan dalam Kongres Pemoeda pada 28 Oktober 1928, membakar semangat pergerakan wanita Indonesia untuk menyelenggarakan Kongres Perempoean Indonesia yang pertama pada 22 Desember 1928 di Yogyakarta. Tema pokok kongres adalah menggalang persatuan dan kesatuan antara organisasi wanita Indonesia yang pada waktu itu masih bergerak sendiri-sendiri. Kongres tersebut telah berhasil membentuk badan federasi organisasi wanita yang mandiri dengan nama Perikatan Perkoempoelan Perempoean Indonesia (PPPI).
Peristiwa besar pada 22 Desember itu dijadikan tonggak sejarah bagi kesatuan pergerakan wanita Indonesia. PPPI mengalami perubahan nama beberapa kali, pada 1929 menjadi Perikatan Perkoempoelan Isteri Indonesia (PPII). Pada 1935, PPII berganti nama menjadi Kongres Perempoean Indonesia dan pada 1946 menjadi Kowani hingga saat ini.
Kongres Kowani di Surakarta pada 1948 meneguhkan bahwa Pancasila diterima sebagai landasan dasar organisasi dan nilai-nilainya diinternalisasikan oleh anggota Kowani di seluruh Indonesia untuk memperjuangkan kemerdekaan nasional. Perjuangan untuk kesetaraan hak perempuan secara vokal disuarakan sebagaimana bunyi Pancasila nomor lima, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Perempuan memiliki hak untuk bekerja dan mendapatkan jaminan perlindungan atas pekerjaan yang digeluti. Kongres Kowani pada 1949 di Yogyakarta secara spesifik menuntut penyediaan jaminan sosial bagi keluarga korban perang, perawatan kesehatan mental dan fisik, penitipan anak, panti asuhan, rumah untuk wanita lanjut usia, kampanye anti-buta huruf, dan dana belajar bagi anak-anak perempuan.
Sebagaimana lambang Kowani yang menggambarkan lima helai daun hijau. Artinya, lima asas Pancasila dengan tujuan organisasi mewujudkan pribadi wanita Indonesia yang maju, mandiri dan berbudi pekerti luhur. Dalam rangka mengisi kemerdekaan agar tercapai masyarakat adil dan makmur, berasaskan Pancasila, serta berdasarkan UUD 1945 yang menjamin persamaan hak-hak warga negara Indonesia.
Kowani telah berkomitmen untuk memberdayakan perempuan dalam berbagai aspek kehidupan. Ini sejalan dengan sila kedua Pancasila, Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab, yang menekankan hak-hak dan martabat setiap individu. Kowani berusaha memastikan dan memperjuangkan bahwa perempuan mendapatkan kesempatan setara dalam pendidikan, pekerjaan, dan partisipasi politik.
Dalam mewujudkan sila kelima Pancasila, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, Kowani memainkan peran aktif dalam memperjuangkan hak-hak perempuan dan keadilan sosial. Kowani telah mengadvokasi isu-isu seperti kesetaraan gender, hak-hak perempuan dan anak serta perlindungan terhadap kekerasan berbasis gender. Seperti advokasi disahkannya RUU PPRT (Perlindungan Pekerja Rumah Tangga), impelementasi UU TPKS (Tindak Pidana Kekerasan Seksual), dan UU PKDRT (Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga).
Kowani aktif dalam berbagai kegiatan pembangunan sosial dan ekonomi, yang selaras dengan sila keempat Pancasila, Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan. Kowani berpartisipasi dalam perencanaan dan pelaksanaan program-program yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Termasuk di dalamnya, program-program untuk perempuan dan keluarga seperti program gerakan Ibu Bangsa mendorong peningkatan UMKM milik perempuan, Ibu Bangsa Berwakaf, Ibu Bangsa untuk Percepatan Penurunan Stunting, Ibu Bangsa anti zat adiktif/tembakau dan lainnya.
Di sisi lain, kami juga sangat berterima kasih dan apresiasi kepada Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) sebagai lembaga negara perumus kebijakan Pancasila. Meski terbilang masih muda, BPIP telah concern terhadap isu kesetaraan gender. Serta mengingatkan dan menegaskan kembali, bahwa para pendiri bangsa sudah mengantisipasi isu kesetaraan gender jauh sebelum Indonesia merdeka. Tentunya pada era sekarang, harus terus digencarkan, disosialisasikan dan diimplementasikan.
Bapak Ir. Prakoso, M.M., selaku Deputi Bidang Hubungan Antar Lembaga, Sosialisasi, Komunikasi, dan Jaringan BPIP juga mengharapkan agar arsip Kartini dan arsip Kongres Perempuan Indonesia I (Kowani) dapat menjadi Memory of the World (ingatan kolektif dunia) yang diakui oleh UNESCO.
Didukung BPIP, K/L lain, dan elemen pentahelix, Kowani tidak hanya konseptual, tapi sehari-hari riil. Kowani membantu memastikan bahwa nilai-nilai Pancasila diterapkan dalam kehidupan nyata, terutama dalam hal pemberdayaan perempuan, keadilan sosial, serta pembangunan keluarga dan masyarakat.
Penulis adalah Ketua Umum Kowani, Ketua Umum Pita Putih Indonesia, Vice President International Council Of Women, Pembina Perkumpulan Wanita Pejuang 45, Pembina FKPPI.
Untuk pertama kalinya, pembukaan Hari Kebaya Nasional diperingati pada tanggal 24 Juli 2024 di Istora Senayan, Jakarta. Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) dan Ibu Negara Iriana hadir untuk mendukung terselenggaranya acara yang sarat budaya tersebut. Pada kesempatan ini, Iriana memperoleh Penganugerahan Ibu Bangsa dari Kongres Wanita Indonesia (KOWANI).
Hari Kebaya Nasional 2024 resmi ditetapkan melalui Keputusan Presiden (Keppres) No. 19 Tahun 2023. Penetapan tersebut dikarenakan kebaya merupakan salah satu aset budaya dan memiliki nilai sejarah. Saat Kongres KOWANI X tahun 1950 yang dihadiri oleh Presiden RI Pertama, Soekarno, semua peserta yang hadir menggunakan kain kebaya.
“Apa yang disampaikan Pak Presiden Soekarno pada saat itu adalah peran perempuan sangat penting dalam revolusi dan pembangunan bangsa dan negara. Tanpa perempuan, Indonesia belum merdeka,” jelas Ketua Umum KOWANI, Giwo Rubianto Wiyogo, pada pembukaan puncak acara.
KOWANI sebagai penyelenggara acara puncak peringatan Hari Kebaya Nasional 2024, ingin kebaya menjadi simbol pemberdayaan dan perjuangan perempuan. Lewat kebaya, tidak hanya budaya yang dilestarikan namun juga keberlangsungan dampak bagi industri dan usaha yang beririsan dengan perempuan.
“Ini merupakan jalan panjang dan pekerjaan rumah kita bersama dalam pelestarian identitas budaya bangsa. Kita juga membawa kebaya sebagai warisan budaya ke UNESCO melalui joint nomination bersama beberapa negara anggota ASEAN lainnya seperti Brunei Darussalam, Thailand, Singapura, dan Malaysia,” jelas Giwo.
Sebanyak 9.250 perempuan berkebaya diungkapkan Giwo ikut memeriahkan acara ini. Beberapa di antaranya merupakan organisasi yang ikut aktif menyuarakan soal kebaya seperti OASE Kabinet Indonesia Maju (KIM) yang dipimpin Iriana Jokowi, Cahaya Ladara Nusantara (CLN) yang dipimpin Nanny Hadi Tjahjanto, hingga komunitas seperti Kebaya, Kopi, dan Buku (KKB). Turut hadir pula peserta dari negara-negara Asia Tenggara.
Tema “Lestarikan Budaya dengan Bangga Berkebaya” diangkat pada peringatan Hari Kebaya Nasional perdana. Harapannya, kebaya menjadi warisan budaya yang menyimbolkan perjuangan, kesetaraan, dan pemberdayaan perempuan.
“Dengan menggunakan kebaya, kita juga jadi agen perubahan dalam ekonomi,” tambah Giwo.
Berbicara soal kaitan kebaya dan ekonomi, desainer kebaya ternama, Anne Avantie, menjelaskan bahwa ada berbagai sosok yang terlibat di balik kehadiran sebuah kebaya. Sosok-sosok itulah yang turut menjadi penggerak ekonomi dan memberdayakan perempuan.
“Ada tukang bordir, ada tukang jahit, ada pembuat aksesoris, ada pembatik, ada penenun. Kebaya bukan hanya masalah sebuah baju, ada perjuangan kita untuk sebuah perjalanan kehidupan,” ucap Anne.
Sehari sebelumnya (23/7), telah berlangsung rangkaian acara Hari Kebaya Nasional 2024 berupa KOWANI Expo, yang dihadiri Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto. Pameran tersebut dihadiri sekitar 181 UMKM wastra, kerajinan, maupun kuliner dan turut didukung oleh Cahaya Ladara Nusantara. Selain itu, penyelenggaraan Hari Kebaya Nasional 2024 oleh KOWANI ini turut memperoleh penghargaan dari Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI).
Selain acara utama yang dilaksanakan selama dua hari pada tanggal 23 dan 24 Juli 2024, beberapa side event telah berlangsung sebelumnya. Seperti acara berkebaya pada saat car free day tanggal 14 Juli lalu dan diramaikan oleh sekitar 3 ribu peserta.
Hari Kebaya Nasional (HKN) 2024 diisi dengan rangkaian kegiatan oleh Kongres Wanita Indonesia (Kowani). Puncak acara itu dikemas dalam Kowani Expo di Istora Senayan, Jakarta (23/7).
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto turut hadir membuka acara itu. Menurutnya, pemerintah terus memberikan perhatian bagi pengembangan usaha pelaku UMKM dari kalangan perempuan melalui sejumlah fasilitas kebijakan.
Kondisi ini menjadi peluang bagi dunia usaha terutama pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Saat ini, UMKM sendiri tengah di dominasi oleh kaum perempuan dengan persentase sebanyak 64,5% dari pelaku UMKM atau sekitar 37 juta orang.
“UMKM ini adalah sektor yang menyerap banyak tenaga kerja dengan hampir 90% tenaga kerja kita bekerja di sektor UMKM. Akan terus kita dorong dengan fasilitas yang disediakan,” kata Airlangga.
Pemerintah saat ini telah menyediakan akses pembiayaan melalui skema Kredit Usaha Rakyat (KUR) Super Mikro untuk Ibu Rumah Tangga dengan bunga yang relatif rendah. Untuk tahun 2024, Pemerintah telah menetapkan plafon KUR sebesar Rp280 triliun.
Menko Airlangga menjelaskan bahwa Indonesia tengah berupaya untuk bergabung dengan kelompok negara maju dalam keanggotaan The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).Saat ini, Pemerintah tengah menjalani masa aksesi keanggotaan dan diproyeksi akan selesai dalam waktu 3 tahun mendatang.
Diharapkan agar kaum perempuan juga dapat mengambil peran dalam mengawal proses aksesi keanggotan OECD tersebut. Mengingat dalam Presidensi G20 Indonesia tahun 2022 silam, kaum perempuan telah turut mengambil bagian dalam berbagai isu penting melalui forum Women20 (W20).
“Untuk menunjukan Indonesia masuk menjadi negara maju maka kita perlu membuat standar praktis yang setara dengan 38 negara-negara maju. Indonesia sudah masuk aksesi dan 3 tahun diperkirakan bisa masuk anggota OECD,”jelasnya.
Sementara itu Ketua Umum Kowani Giwo Rubianto Wiyogo mengatakan, salah satu peristiwa besar dalam sejarah kebaya adalah ketika digelar Kongres Wanita Indonesia X tahun 1964 di Istora Senayan, Jakarta. Kegiatan tersebut dihadiri oleh Presiden Soekarno dengan peserta 7000 perempuan yang mengenakan kain kebaya.
Peristiwa bersejarah itulah yang kemudian menjadi dasar diterbitkannya Keputusan Presiden Nomor 19 tahun 2023 tentang penetapan Hari Kebaya Nasional. Dengan terbitnya Keppres tersebut, Kowani berkomitmen untuk terus menggaungkannya.
Untuk HKN 2024, Kowani juga bekerja sama dengan Kementerian pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) hingga komunitas kebaya. Mengadakan sejumlah rangkaian acara yang menarik bagi masyarakat.
Di antaranya ada lomba berkebaya, parade berkebaya, pameran budaya, Kowani Expo, webinar dan talkshow, webinar bersama UNESCO dan sejumlah lembaga internasional dan Kowani Award.
Undangan GRATIS Untuk Seluruh Wanita Indonesia..
Dengan Busana Berkebaya Nasional..
Minggu 14 Juli 2024
Pukul 07.00 s/d 09.00 WIB
Start Parade Jalan Santai Berkebaya Nasional,
Mulai Dari Kantor Kowani DKI Jakarta
Menuju Titik Area Bundaran HI Jakarta
Acara Inti pada Area Panggung Utama (Depan Hotel Mandarin Jakarta)
Dapatkan Hadiah dan Doorprize dengan total jutaan Rupian.
“Kalian saat ini berdiri di sisi yang benar dari sejarah!”
Teks surat Ayatullah Khamenei kepada para mahasiswa pendukung rakyat Palestina di universitas-universitas AS dipublikasikan sebagai berikut:
Bismillahirrahmanirrahim
🔹 Saya menulis surat ini kepada generasi muda yang hati nuraninya menginspirasi mereka untuk membela perempuan dan anak-anak tertindas di Gaza.
🔹 Para pemuda mahasiswa yang terkasih di AS! Ini adalah pesan simpati dan solidaritas kami dengan kalian. Kalian saat ini berdiri di sisi yang benar dari sejarah -yang sedang berlangsung-.
🔹 Kalian saat ini telah menjadi bagian dari front perlawanan, dan di bawah tekanan brutal dari pemerintah kalian -yang secara terbuka membela rezim Zionis penjajah dan kejam-, kalian telah memulai sebuah perjuangan yang terhormat.
🔹 Front perlawanan besar di tempat yang jauh telah berjuang dengan persepsi dan perasaan kalian saat ini selama bertahun-tahun. Tujuan dari perjuangan ini adalah untuk menghentikan penindasan nyata yang dilakukan oleh jaringan teroris kejam bernama “Zionis” terhadap bangsa Palestina bertahun-tahun yang lalu dan telah menempatkan mereka di bawah tekanan dan penyiksaan paling berat setelah menduduki negara mereka. Genosida yang dilakukan rezim apartheid Zionis saat ini merupakan kelanjutan dari perilaku sangat kejam dalam beberapa dekade terakhir.
🔹 Palestina adalah tanah merdeka/independen dengan bangsa yang terdiri dari Muslim, Kristen, dan Yahudi, dan memiliki sejarah yang panjang. Setelah Perang Dunia, para kapitalis jaringan Zionis, dengan bantuan pemerintah Inggris, secara bertahap membawa beberapa ribu teroris ke negeri ini. Mereka menyerbu kota-kota dan desa-desanya. Puluhan ribu orang dibunuh atau diusir ke negara-negara tetangga. Mereka merampas rumah, pasar, dan lahan pertanian dari tangan penduduk Palestina, dan di tanah Palestina yang dirampas, mereka membentuk pemerintahan yang disebut Israel.
🔹 Pendukung terbesar rezim perampas ini, setelah bantuan pertama Inggris, adalah pemerintah AS, yang terus memberikan dukungan politik, ekonomi dan senjata kepada rezim tersebut dan bahkan membuka jalan bagi rezim ini untuk memproduksi senjata nuklir dengan cara yang sembrono dan tidak dapat dimaafkan.
🔹 Sejak hari pertama, rezim Zionis menggunakan kebijakan “tangan besi” terhadap rakyat Palestina yang tidak berdaya, dan mengabaikan semua nilai-nilai hati nurani, kemanusiaan dan agama, meningkatkan kekejaman, teror dan penindasan dari hari ke hari.
🔹 Pemerintah AS dan sekutunya bahkan tidak merasa sedih atau menyesal melihat terorisme sebuah negara dan penindasan yang berkelanjutan. Bahkan saat ini, beberapa pernyataan pemerintah AS mengenai kejahatan mengerikan di Gaza lebih bersifat munafik daripada kenyataan.
🔹 “Front Perlawanan” bangkit dari tengah atmosfer yang gelap dan keputusasaan ini dan pembentukan pemerintahan “Republik Islam” di Iran memperluas dan memberdayakannya.
🔹 Para pemimpin Zionisme internasional yang sebagian besar perusahaan media di AS dan Eropa adalah milik mereka atau berada di bawah pengaruh uang dan suap mereka, memperkenalkan perlawanan yang manusiawi dan berani ini sebagai terorisme! Apakah sebuah negara yang mempertahankan diri di negerinya sendiri melawan kejahatan penjajah Zionis adalah teroris? Dan apakah bantuan kemanusiaan kepada negara ini dan memperkuat persenjataannya dianggap sebagai bantuan terhadap terorisme?
🔹 Para pemimpin dominasi global bahkan tidak menaruh belas kasihan terhadap konsep kemanusiaan. Mereka menampakkan rezim teroris dan kejam Israel seolah-olah sedang membela diri mereka sendiri, dan menyebut perlawanan Palestina, yang membela kebebasan, keamanan dan hak untuk menentukan nasib sendiri, sebagai “teroris”!
🔹 Saya ingin meyakinkan kalian bahwa saat ini situasinya sedang berubah. Nasib lain menanti kawasan sensitif Asia Barat. Banyak hati nurani telah terbangun dalam skala global dan kebenaran tengah terungkap. Front perlawanan menjadi semakin kuat dan kokoh. Sejarah juga tengah berubah.
🔹 Selain kalian, mahasiswa dari puluhan universitas di AS, universitas dan orang-orang di negara lain juga ikut bangkit. Pendampingan dan dukungan para dosen universitas kepada kalian para mahasiswa merupakan peristiwa yang penting dan efektif. Hal ini dapat sedikit melegakan mengingat betapa parahnya tindakan polisi pemerintah dan tekanan yang mereka berikan kepada kalian. Saya juga bersimpati kepada kalian, kaum muda, dan menghormati resistensi kalian.
🔹 Pelajaran Al-Quran bagi kita umat Islam dan seluruh umat manusia di dunia adalah berdiri di jalan kebenaran: فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ (Maka, tetaplah beristiqamah (di jalan yang benar), sebagaimana engkau (wahai Muhammad) telah diperintahkan). Dan hikmah Al-Qur’an tentang hubungan antarmanusia adalah: لَا تَظْلِمُونَ وَلَا تُظْلَمُونَ (Kalian tidak berbuat zalim (merugikan) dan tidak dizalimi (dirugikan)). Dengan mempelajari dan mengikuti perintah-perintah ini dan ratusan perintah serupa, front perlawanan akan maju dan meraih kemenangan, insyaAllah.
Saya menyarankan kalian mengenal Al-Qur’an.
Seyyed Ali Khamenei – 25/5/2024
Berkolaborasi dengan Komunitas Pecinta Kebaya Indonesia dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan & Perlindungan Anak (KPPA), Kongres Wanita Indonesia (Kowani) menggelar kegiatan Talk Show dan Parade Kebaya sebagai bagian dari Side Event Hari Kebaya Nasional di Kantor KPPA pada Selasa (28/5/2024). Mengambil tema “Perempuan dan Warisan Tradisi Kebaya”, kegiatan tersebut dibuka resmi oleh Menteri PPA Gusti Ayu Bintang Darmawati.
Dalam sambutannya, Menteri Bintang menyampaikan apresiasi terhadap kegiatan Talk Show dan Parade Kebaya yang digelar oleh Kowani sebagai bagian dari rangkaian peringatan Hari Kebaya Nasional yang pertama pada 24 Juli 2024 mendatang.
Menurut Menteri Bintang, kebaya adalah jati diri perempuan Indonesia dalam bentuk pakaian yang sangat penting sebagai bagian dari budaya bangsa. Karena itu upaya melestarikan kebaya harus terus digencarkan baik melalui ruang tertutup seperti talkshow, seminar juga ruang terbuka seperti parade kebaya yang melibatkan generasi muda.
“Jangan sampai kebaya hanya identic dengan perayaan hari-hari tertentu. Tetapi harus pula dikenakan lebih luas lagi oleh perempuan Indonesia,” kata Bintang.
Karena itu selain kualitas, kebaya harus ditampilkan dengan model yang terus mengikuti perkembangan jaman. Penting pula memberikan apresiasi kepada insan dan organisasi yang peduli pada pelestarian kebaya seperti yang dilakukan oleh Kowani.
Kowani sebagai mitra strategis Kemen PPPA dalam pembangunan diharapkan akan terus membangun sinergi dan kolaborasi dalam hal membumikan pesan-pesan kebudayaan melalui pakaian kebaya. Jika terinternalisasi dalam diri setiap perempuan yang mengenakannya, maka kebanggaan terhadap kebudayaan Indonesia semakin mengakar dalam hati serta kecintaan pada tanah air dan bangsa semakin kuat.
“Kita berharap kegiatan ini bisa menjadi inspirasi generasi muda dalam mencintai Indonesia dan menjadi spirit dalam mewarisi dan melestarikan kebaya sebagai budaya tak benda, serta terus-menerus berinovasi dalam mengenalkan kebaya bukan hanya dalam lingkup lokal, nasional tetapi juga dunia internasional,” pungkas Menteri PPPA.
Sementara itu Ketua Umum Kowani Dr Ir Giwo Rubianto Wiyogo dalam sambutannya mengatakan kebaya sebagai busana nasional perempuan Indonesia memiliki sejarah panjang dan mempunyai andil dalam proses kemerdekaan. Salah satu peristiwa besar dalam sejarah kebaya adalah ketika digelar Kongres Wanita Indonesia X tahun 1964 di Istora Senayan, Jakarta dimana kegiatan tersebut dihadiri oleh Presiden Soekarno dengan peserta 7000 perempuan yang mengenakan kain kebaya,” ujar Giwo.
Peristiwa bersejarah itulah yang kemudian menjadi dasar diterbitkannya Keputusan Presiden Nomor 19 tahun 2023 tentang penetapan Hari Kebaya Nasional. Dengan terbitnya Keppres tersebut, Kowani berkomitmen untuk terus menggaungkan dan mensosialisasikan baju kebaya baik ditingkat nasional maupun internasional.
Menurut Giwo, kebaya dalam dinamika sejarahnya memiliki makna dan filosofi yang berubah – ubah sesuai dengan kebutuhan jaman, yang dipengaruhi oleh situasi politik, adat, budaya, gaya hidup, tren maupun keinginan pribadi. Bentuknya yang sederhana dapat disebut sebagai wujud kesederhanaan masyarakat Indonesia.
“Jaman dahulu kebaya hanya digunakan oleh Wanita bangsawan. Namun kurun tahun 1945 hingga kini, kebaya mulai dikenakan oleh masyarakat luas di Indonesia,” lanjut Giwo.
Berdasarkan makna sejarah, filosofi, antropologi, heritage dan sebagai alat diplomasi dalam rangkaian melestarikan budaya bangsa maka kegiatan “Bangga Berkebaya” pada peringatan Hari Kebaya Nasional yang jatuh pada 24 Juli merupakan langkah yang strategis untuk mengawal anak bangsa dalam hal pendidikan, pengetahuan mereka terhadap budaya bangsa termasuk memperkanalkan kebaya secara utuh merupakan langkah penting dan mendesak.
Giwo menilai untuk melestarikan kebaya itu sendiri, dibutuhkan peran para perempuan yang tidak hanya sebagai pemakai kebaya tetapi juga bagaimana menjaga, merawat dan melestarikan eksistensi kebaya untuk ke depannya. Kebaya menjadi produk budaya yang penting untuk diwariskan kepada generasi selanjutnya sehingga kebaya sebagai warisan tradisi tidak akan tersapu zaman.
Sebelumnya Ketua Penyelenggara HKN Prof. Dr. Masyitoh Chusnan dalam sambutannya mengatakan Kowani telah melakukan serangkaian kegiatan menuju puncak Hari Kebaya Nasional Juli mendatang. “Setelah melaksanakan Webinar Aku dan Kebaya pada tanggal 10 Mei 2024 yang lalu, hari ini Kowani melalui Divisi Side Event Panitia HKN 2024 menyelenggarakan Talk Show dan Parade Kebaya dengan tema Perempuan dan Warisan Tradisi Kebaya,” kata Prof Masyitoh.
Kegiatan kali ini digelar secara hybrid dengan peserta berasal dari berbagai organisasi perempuan di Indonesia. Tercatat lebih dari 1000 peserta bergabung baik secara daring maupun luring.
Kegiatan Talk Show Kebaya menghadirkan 4 pembicara yakni Ketua MWA USU, Dr. Nurmala Kartini Syahrir yang membawakan tema Perspektif Kebaya Sebagai Identitas Bangsa Indonesia, Dekan Fakultas Sejarah UI Dr Bondan Kanumoyoso yang membawakan topik Perspektif Kebaya dari Akademisi, Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU). Dr. Itje Chodidjah, MA yang membawakan topik Perspektif Kebaya oleh Pemerintah, dan Dosen FIB UI, Ir. Indiah Marsaban, MBA dengan topik Perspektif Kebaya Mewakili Komunitas Pecinta Kebaya Indonesia. Sedang Parade Kebaya dilakukan oleh PPWN Pimpinan Etty Nafis, Designer Kebaya Nasional.
Yayasan Hari Ibu (YHI) – Kowani menyelenggarakan seremoni Peringatan Hari Kartini pada Rabu 24 April 2024 di Balai Shinta – Kompleks Mandala Bhakti Wanitatama, dengan mengambil tema “Spirit Kartini: Bangga Berbudaya.”
Peringatan Hari Kartini kali ini disertai dengan beberapa agenda yang tidak kalah penting dari seremoni Hari Lahir Kartini itu sendiri, karena masih ada kaitannya dengan Spirit Kartini yaitu mengenai perempuan dan pemajuan perempuan dalam berbagai bidang.
Agenda yang dipadatkan dalam satu rangkaian acara tersebut berupa: Peresmian Pembangunan Masjid Wanitatama, serta Peluncuran Buku yang diterbitkan oleh Indonesia Women Center YHI-Kowani berjudul “Potret Kekerasan Terhadap Perempuan, Antara Kebijakan dan Kenyataan: Sebuah Catatan Lapangan” Seri Pertama.
Sejak diawali Peletakan Batu pertama Masjid pada 15 Desember 2023 pembangunan Masjid Wanitatama dibentuklah Tim Panitia pembangunan yang di Ketuai oleh Ibu Hj. Titik Priono.
Pembangunan Masjid ini sangatlah dinantikan, sebab tidak hanya merupakan sarana tempat ibadah.
Namun Masjid yang digagas oleh para perempuan ini akan memiliki program-program untuk pemuliaan harkat perempuan.
Masjid Wanitatama, nantinya akan banyak bersinergi dengan Indonesia Women Center sehingga Masjid tersebut dapat difungsikan sebagai sarana sosialisasi akan pentingnya peran perempuan sekaligus sebagai wadah untuk menyebarkan pengetahuan mengenai pencegahan tindak kekerasan terhadap perempuan.
Masyarakat pun dapat mengakses bantuan pendampingan, konseling, dan pemberdayaan perempuan dari Indonesia Women Center, melalui Masjid Wanitatama.
Peresmian Masjid Wanitatama ditandai dengan penandatanganan prasasti serta pemecahan gentong pungkalasa berisi bunga oleh Ketua Umum Kowani Dr. Ir. Hj. Giwo Rubianto Wiyogo, M.Pd.
Peringatan Hari Kartini di Balai Shinta – Kompleks Mandala Bhakti Wanitatama dikemas dengan apik dan menarik. “Spirit Kartini: Bangga Berbudaya” sebagai tema acara, digaungkan dengan lantang dalam pembacaan kumpulan Surat-Surat Kartini secara bergantian oleh beberapa perwakilan anggota organisasi perempuan yang hadir pada acara tersebut.
“Bangga Berbudaya” dalam acara ini pun dipermanis dengan adanya Parade Kebaya yang disertai dengan narasi tentang Batik dan Kebaya.
Peringatan Hari Kartini 24 April 2024 “Spirit Kartini: Bangga Berbudaya” terselenggara atas kerjasama dan kolaborasi YHI-Kowani dengan beberapa pihak, antara lain Paguyuban Pecinta Batik Indonesia Sekar Jagad, serta Forum Pemberdayaan Perempuan Indonesia (FPPI) DIY.
Dengan adanya beberapa agenda acara pada Peringatan Hari Kartini di Balai Shinta Kompleks Mandala Bhakti Wanitatama, 24 April 2024 diharapkan agar perempuan Indonesia masa kini semakin berbudaya – serta berdaya, khususnya dalam pengambilan suatu keputusan.
Raden Ajeng Kartini sendiri lahir di Jepara, 21 April 1879. Kartini merupakan sosok perempuan yang bercita-cita memerdekakan perempuan dari belenggu patriarki yang berakar kuat di masyarakat.
Belenggu patriarki yang menganggap perempuan sebagai ‘kanca wingking’ tersebut menyebabkan perempuan dibatasi peranannya hanya di ranah domestik saja dan tidak bisa mengakses pendidikan seperti laki-laki.
Oleh karena itu, Kartini kemudian mendirikan sekolah untuk perempuan pribumi. Semasa hidupnya, Kartini sangat berdedikasi pada perjuangan pemajuan perempuan melalui pendidikan.
Hasil perjuangan Kartini pun dapat dirasakan oleh perempuan Indonesia hingga saat ini, dimana perempuan Indonesia dapat mengakses pendidikan dan dapat berkarir, tidak terbatas menjadi Ibu Rumah Tangga. Maka, atas jasanya tersebut, hari lahir Kartini kemudian diperingati sebagai Hari Besar Nasional yang dirayakan setiap tahun. *
Peringati Hari Kartini, YHI – Kowani resmikan Masjid Wanitatama dan peluncuran buku
Yayasan Hari Ibu (YHI) – Kowani menyelenggarakan seremoni Peringatan Hari Kartini pada Rabu 24 April 2024 di Balai Shinta – Kompleks Mandala Bhakti Wanitatama, dengan mengambil tema “Spirit Kartini: Bangga Berbudaya.”
Peringatan Hari Kartini kali ini disertai dengan beberapa agenda yang tidak kalah penting dari seremoni Hari Lahir Kartini itu sendiri, karena masih ada kaitannya dengan Spirit Kartini yaitu mengenai perempuan dan pemajuan perempuan dalam berbagai bidang.
Agenda yang dipadatkan dalam satu rangkaian acara tersebut berupa: Peresmian Pembangunan Masjid Wanitatama, serta Peluncuran Buku yang diterbitkan oleh Indonesia Women Center YHI-Kowani berjudul “Potret Kekerasan Terhadap Perempuan, Antara Kebijakan dan Kenyataan: Sebuah Catatan Lapangan” Seri Pertama.
Sejak diawali Peletakan Batu pertama Masjid pada 15 Desember 2023 pembangunan Masjid Wanitatama dibentuklah Tim Panitia pembangunan yang di Ketuai oleh Ibu Hj. Titik Priono.
Pembangunan Masjid ini sangatlah dinantikan, sebab tidak hanya merupakan sarana tempat ibadah.
Namun Masjid yang digagas oleh para perempuan ini akan memiliki program-program untuk pemuliaan harkat perempuan.
Masjid Wanitatama, nantinya akan banyak bersinergi dengan Indonesia Women Center sehingga Masjid tersebut dapat difungsikan sebagai sarana sosialisasi akan pentingnya peran perempuan sekaligus sebagai wadah untuk menyebarkan pengetahuan mengenai pencegahan tindak kekerasan terhadap perempuan.
Masyarakat pun dapat mengakses bantuan pendampingan, konseling, dan pemberdayaan perempuan dari Indonesia Women Center, melalui Masjid Wanitatama.
Peresmian Masjid Wanitatama ditandai dengan penandatanganan prasasti serta pemecahan gentong pungkalasa berisi bunga oleh Ketua Umum Kowani Dr. Ir. Hj. Giwo Rubianto Wiyogo, M.Pd.
Peringatan Hari Kartini di Balai Shinta – Kompleks Mandala Bhakti Wanitatama dikemas dengan apik dan menarik. “Spirit Kartini: Bangga Berbudaya” sebagai tema acara, digaungkan dengan lantang dalam pembacaan kumpulan Surat-Surat Kartini secara bergantian oleh beberapa perwakilan anggota organisasi perempuan yang hadir pada acara tersebut.
“Bangga Berbudaya” dalam acara ini pun dipermanis dengan adanya Parade Kebaya yang disertai dengan narasi tentang Batik dan Kebaya.
Peringatan Hari Kartini 24 April 2024 “Spirit Kartini: Bangga Berbudaya” terselenggara atas kerjasama dan kolaborasi YHI-Kowani dengan beberapa pihak, antara lain Paguyuban Pecinta Batik Indonesia Sekar Jagad, serta Forum Pemberdayaan Perempuan Indonesia (FPPI) DIY.
Dengan adanya beberapa agenda acara pada Peringatan Hari Kartini di Balai Shinta Kompleks Mandala Bhakti Wanitatama, 24 April 2024 diharapkan agar perempuan Indonesia masa kini semakin berbudaya – serta berdaya, khususnya dalam pengambilan suatu keputusan.
Raden Ajeng Kartini sendiri lahir di Jepara, 21 April 1879. Kartini merupakan sosok perempuan yang bercita-cita memerdekakan perempuan dari belenggu patriarki yang berakar kuat di masyarakat.
Belenggu patriarki yang menganggap perempuan sebagai ‘kanca wingking’ tersebut menyebabkan perempuan dibatasi peranannya hanya di ranah domestik saja dan tidak bisa mengakses pendidikan seperti laki-laki.
Oleh karena itu, Kartini kemudian mendirikan sekolah untuk perempuan pribumi. Semasa hidupnya, Kartini sangat berdedikasi pada perjuangan pemajuan perempuan melalui pendidikan.
Hasil perjuangan Kartini pun dapat dirasakan oleh perempuan Indonesia hingga saat ini, dimana perempuan Indonesia dapat mengakses pendidikan dan dapat berkarir, tidak terbatas menjadi Ibu Rumah Tangga. Maka, atas jasanya tersebut, hari lahir Kartini kemudian diperingati sebagai Hari Besar Nasional yang dirayakan setiap tahun. *