JAKARTA (Pos Sore) — Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (Kowani) Dr. Ir. Giwo Rubianto Wiyogo, M.Pd menyampaikan sejatinya peringatan Hari Kartini bukan semata-mata memperingati RA Kartini, tetapi juga bagaimana kita menjadikan seluruh jajaran pahlawan perempuan yang menjadi sosok pelopor kebangkitan perempuan di Indonesia.
“Jadi, sesungguhnya, kita bukan sekedar memperingati hari Kartini melainkan sekaligus menjadikannya sebagai momentum penting bagi perempuan. Para pahlawan perempuan Indonesia yang berjumlah 15 orang sejatinya juga memberikan inspirasi kepada perempuan Indonesia,” katanya.
Ia pun menyebut Cut Nyak Dhien, Cut Nyak Meutia, Raden Dewi Sartika, Martha Christina Tiahahu, Maria Walanda Maramis, Nyai Hj. Siti Walidah Ahmad Dahlan, Nyi Ageng Serang, Hj. Rangkayo Rasuna Said, Hj. Fatimah Siti Hartinah Soeharto, Hj. Fatmawati Soekarno, Opu Daeng Risaju, Andi Depu Maraddia Balanipa.
“Dan ditambahi lagi, dua Pahlawan yakni Malahayati dan Rohana Kudus adalah hasil perjuangan keras Kowani sebagai inisiator sehingga akhirnya resmi diakui sebagai pahlawan Nasional perempuan. Semuanya patut diteladani dan dijadikan role model oleh setiap perempuan Indonesia, yang telah berjuang dalam mengangkat harkat dan martabat kaum perempuan,” katanya.
Giwo menyampaikan hal itu saat memberikan sambutan dalam webinar “Pemikiran RA Kartini Mewujudkan Perempuan Indonesia Bermartabat Menuju Indonesia Maju”, Jumat (23/4/2021), yang diadakan Kongres Wanita Indonesia Bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dalam rangka peringatan Hari Kartini.
Dalam meningkatkan harkat dan martabat perempuan, Kowani sebagai Ibu Bangsa yang menjadi garda terdepan untuk meningkatkan literasi kaum perempuan, juga mengikuti jejak RA Kartini dengan gerakan “Habis Gelap Terbitlah Terang” untuk mengangkat harkat perempuan dari keterpurukan edukasi.
Di momen Bulan Kartini ini, Kowani telah meluncurkan e-Library Kowani bekerja sama dengan Perpustakaan Nasional RI. Dan, ini menjadi bukti hingga saat ini eksistensi dan keikutsertaan Kowani telah merambah di segala bidang pembangunan.
Giwo berharap, melalui e-Library ini diharapkan dapat membangkitkan semangat perbaikan dan pemajuan martabat perempuan. Selain itu, turut mempersiapkan perempuan dalam rangka menambah keberdayaan dan kekuatan perempuan dalam menghadapi era digital.
Terlebih Kowani dapat menjangkau lebih banyak perempuan Indonesia untuk bersama-sama secara aktif mencerdaskan perempuan Indonesia. Karena peran perempuan terutama ibu, menjadi tombak utama negara. Bersama seluruh unsur membangun bangsa di berbagai bidang.
Dengan adanya e-Library ini, dapat juga meningkatkan tingkat literasi perempuan Indonesia yang saat ini masih rendah. Sehingga dapat memberikan wawasan kepada masyarakat. Terlebih sejarah dan koleksi masa lalu dapat memberi manfaat, untuk menghadapi kemajuan tekhnologi serta beragam perubahan sosial di masa kini dan masa yang akan datang.
“Di dalam masa pandemi ini tidak ada pilihan lain selain perempuan harus menjadi lebih cerdas, kreatif, inovatif, adaptif dalam menjalankan kewajibannya sebagai ibu bangsa, yang menghadapi tantangan digitalisasi dan perkembangan zaman termasuk di dalam era industri 4.0. Dan kita juga akan memasuki era masyarakat 5.0,” tegasnya.
Sementara itu, Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat, yang menjadi pembicara kunci dalam webinar tersebut, menyampaikan, semangat Kartini harus diletakkan sebagai pondasi perjuangan agar mampu mewujudkan kesetaraan perempuan, untuk menuju bangsa Indonesia yang lebih baik.
“Kita hanya bisa mengubah diri kita apabila diri kita sendiri yang bergerak,” tegas Rerie, sapaan akrab Lestari.
Dikatakan, perjuangan mewujudkan antidiskriminasi, bagian dari perjuangan Kartini memerdekakan dirinya dari tekanan budaya di lingkungan masyarakat pada masa lalu. Meski begitu, pekerjaan rumah yang harus dihadapi perempuan hingga kini masih saja belum tuntas seperti isu kesetaraan gender, kekerasan seksual dan ancaman terhadap harkat martabat perempuan.
Menurut anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu, sejumlah masalah yang masih menjadi pekerjaan rumah dan dihadapi perempuan itu bisa segera dituntaskan lewat sebuah gerakan dan kepedulian dari semua pihak. Tujuannya, untuk mewujudkan kebebasan dan menciptakan rasa aman bagi setiap warga negara, termasuk perempuan, sebagaimana diamanatkan konstitusi.
Satu-satunya perempuan di antara para pimpinan MPR ini, menilai perempuan juga perlu didorong untuk mendapatkan pendidikan politik agar kesadaran perempuan di bidang politik meningkat. Terlebih sampai saat ini masih sering terjadi diskriminasi terhadap perempuan di bidang sosial dan budaya yang terus melihat perempuan sebagai objek.
“Semangat Kartini masih relevan hingga saat ini untuk perjuangan perempuan. Kartini telah meletakkan dasar pemikiran perempuan tersebut atas dasar ketuhanan, kebijaksanaan dan keindahan. Tema lain yang diusung Kartini adalah humanisme dan nasionalisme,” tuturnya.
Karena itu, Lestari mengapresiasi perempuan yang memperjuangkan kesetaraan di berbagai bidang, seperti akses yang sama untuk mendapatkan pendidikan setinggi mungkin, kesetaraan gender di dunia pekerjaan, seperti yang sudah dilakukan Kowani selama ini.
Dalam kesempatan ini, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Bintang Puspayoga, berkesempatan memberikan sambutan. Ia mengapresiasi atas segala usaha yang sudah dilakukan Kowani selama ini. Yang terus berjuang meningkatkan harkat dan martabat perempuan Indonesia.
“Saya mengapresiasi Kowani yang bersama pemerintah terus mengedukasi dan memberdayakan perempuan dan anak Indonesia, yang tanpa lelah, agar perempuan Indonesia bisa bangkit dari keterpurukan, keterbatasan, dan kesenjangan,” katanya. (tety)
Sumber link: http://possore.com/…/giwo-rubianto-hari-kartini…/
facebook: https://web.facebook.com/photo?fbid=3802660116519511&set=pcb.3802669396518583
Youtube: https://youtu.be/Vn3AvsTvpsc