Kowani Menghadiri “1st Meeting of the 19th ACWO BoD (2018-2020)” di Singapura

 

Sejumlah Pengurus Kongres Wanita Indonesia (Kowani) menghadiri “1st Meeting of the 19th ACWO BoD (2018-2020)” yang dilaksanakan di Singapore Council of Women’s Organisations pada Jumat, 22 Maret 2019.

 

Kegiatan tersebut dihadiri 10 National Council of Women’s masing-masing negara yang tergabung dalam ACWO yang diwakili oleh BoD dan Representativesnya.

 

Rapat dipimpin langsung oleh Presiden ACWO Dr.June Goh, Penasehat ACWO Dr. Anamah Tan dan Direktur Eksekutif ACWO Dr. Husna.

 

Setiap delegasi ACWO diwakili oleh 3 orang yaitu pimpinan organisasi dan 2 orang anggota. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan dalam ACWO Procedure Manual.

 

BoD dari Kowani yaitu Ibu Lia Tono Suratman, Ibu Atiek Sardjana dan Dr. Hj. Charletty Choesyana Taulu M.Psi. serta ibu Istiani Surono dan Ibu Amelia Salim sebagai observer dari Kowani.

 

Adapun topik bahasan dalam meeting tersebut antara lain pengesahan Minutes of ACWO GA and Conference, yang telah dilaksanakan pada tanggal 27 November 2018 di Nay Pyi Taw, Myanmar.

 

Pada kesempatan yang sama juga membahas dan meminta persetujuan ACWO BoD dalam hal ini persetujuan Vietnam Women Union (VWU) untuk menarik atau menghapuskan pernyataannya mengenai berkeberatan atas penggunaan uang tahunan keanggotaan (annual membership fees) untuk membiayai operasional kesekretariat ACWO dan biaya akomodasi dan transport Ececutive Director.

 

Usulan VWU untuk pembiayaan operasional kesekretariatan dan ED adalah dengan mengadakan Fund-raising sebagai sumber dana bagi pengelolaan sekretariat ACWO Secretariat dan biaya operasional ED, dan hasilnya disepakati dengan catatan bahwa pengeluaran operasional ED harus mendapat approval dari ACWO BOD.

 

Sementara itu pada meeting tersebut Kowani menyampaikan proposal yang berisi tentang usulan ACWO Permanent Secretariat berada di Jakarta dan Kowani memohon dukungan BoD ACWO agar bisa disahkan dalam ACWO GA th 2020 mendatang.

 

Terkait dengan kegiatan kerja ACWO 2018-2020, dimohon agar setiap anggota ACWO membuat laporan berdasarkan SDGs yg akan dikompilasikan sebagai Laporan ACWO  di CSW 64 dan Beijing plus 25.

 

Suasana rapat 1st Meeting of the 19th ACWO BoD 2018-2020 bertempat di kantor SCWO. 22 Maret 2019

 

Foto lengkap Delegasi ACWO selesai kegiatan Rapat

Delegasi Kowani pada CSW 63 di New York

Pembukaan Pertemuan tahunan komisi status perempuan (Commission on the Status of Women – CSW) ke 63 yang merupakan komisi fungsional dari dewan ekonomi dan sosial Perserikatan Bangsa-Bangsa (Economic and Social Council – ECOSOC) yang mempromosikan hak-hak perempuan dalam bidang politik, ekonomi, sipil, sosial dan pendidikan, dilaksanakan pada hari Senin, 11 Maret 2019 bertempat di Assembly Hall Markas Besar PBB di New York.

Acara tersebut dihadiri oleh Sekjen PBB, António Manuel de Oliveira Guterres, wakil tetap duta besar RI Indonesia di New York, Perwakilan dari negara-negara anggota PBB, badan-badan PBB, dan organisasi non-pemerintah (LSM). Dari Indonesia hadir antara lain pejabat dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) dan Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (Kowani) yang sekaligus Ketua Umum Pita Putih Indonesia (PPI),  Dr. Ir. Giwo Rubianto Wiyogo, M.Pd.

Kowani adalah satu-satunya organisasi federasi di Indonesia yang mempunyai permanen status sebagai anggota UN Women dan ECOSOC. Ibu Giwo hadir didampingi beberapa pengurus Kowani yaitu Hadriani Uli Silalahi, Tantri Dyah Kiranadewi.,SE.,Ak, Ir.Sharmila, MSi, Lisye Sinulingga, SH.,MH, Farahdibha Tenrilemba.,SS, Sylvia Mogot.

Sedangkan dari Pita Putih Indonesia (PPI) yang merupakan anak organisasi Pita Putih Internasional (Global White Ribbon Alliance) yang mendukung keselamatan ibu hamil, melahirkan dan nifas serta bayi baru lahir, yang turut mendampingi antara lain Ir. Wincky Lestari dan DR. dr. Lucy Widasari.,MSi.

Ketua komisi status perempuan H.E. Geraldine Byre Nason dari Irlandia dalam sambutannya menyatakan sangat peduli terhadap masalah perempuan di dunia termasuk masalah disabilitas. Lebih lanjut dikatakan bahwa sebanyak 830 perempuan di dunia meninggal setiap hari akibat komplikasi kehamilan atau melahirkan. Tema utama yang diangkat pada pertemuan CSW pada tanggal 11  hingga 22 Maret di New York 2019 adalah sistem perlindungan sosial, akses ke layanan publik dan infrastruktur berkelanjutan untuk kesetaraan gender serta pemberdayaan perempuan dan anak perempuan. Sedangkan tema khusus diantaranya adalah pemberdayaan perempuan dan kaitannya dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs).

Kesimpulan yang akan disepakati dari tema prioritas pada CSW 63 ini adalah hasil tema prioritas yang dinegosiasikan oleh semua negara anggota, mengidentifikasi kesenjangan dan tantangan dalam pelaksanaan sebelumnya serta membuat rekomendasi yang berorientasi pada tindakan bagi seluruh negara maupun badan antar pemerintah yang terkait, yang bertujuan untuk mendorong tindakan lanjutan sehingga dapat mempercepat realisasi kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan dan anak perempuan.

​Pada kesempatan tersebut Ibu Giwo yang juga anggota National Alliance Council (NAC), serta Vice President International Council of Women (ICW), mengatakan bahwa sesuai dengan tema utama yang diangkat pada pertemuan komisi status perempuan di markas PBB, Indonesia dibawah kepemimpinan Bapak Jokowi telah melaksanakan akses bagi layanan publik dan infrastruktur berkelanjutan serta peningkatan kesejahteraan perempuan untuk kesetaraan gender serta pemberdayaan perempuan dan anak perempuan. Perlu strategi untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender melalui kebijakan dan program dengan memperhatikan pengalaman, aspirasi, kebutuhan dan permasalahan perempuan dan laki-laki khususnya dalam proses pembangunan, yang dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi. Hal ini antara lain dapat diperoleh melalui pengalaman dari berbagai negara di dunia yang dipresentasikan dalam pertemuan komisi status perempuan di New York kali ini dimana terdapat 330 side event dari berbagai negara di dunia.

Kowani Peserta CSW Di New York

Kongres Wanita Indonesia (KOWANI) menjadi peserta kegiatan tahunan Komisi Status Perempuan (Commission on the Status of Women) ke 63. Kegiatan pembukaan berlangsung Senin(11/3/2019) di Assembly Hall markas besar PBB di New York diikuti berbagai negara.

 

Hal ini disampaikan Ketua Umum Kowani,Dr.Ir.Giwo Rubianto Wiyogo MPd dari Amerika Serikat.

 

Giwo Rubianto menyebutkan, acara pembukaan dihadiri oleh Sekjen PBB, António Manuel de Oliveira Guterres, Wakil Tetap Duta Besar RI di New York, Perwakilan dari negara-negara anggota PBB, badan-badan PBB, dan organisasi non-pemerintah (LSM).

 

Sedangkan dari Indonesia hadir antara lain pejabat dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) dan Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (Kowani), Dr. Ir. Giwo Rubianto Wiyogo, M.Pd. Kowani adalah satu-satunya organisasi federasi di Indonesia yang mempunyai permanen status sebagai anggota UN Women dan ECOSOC.

 

Sumber link: https://wanitamedan.com/kowani-peserta-csw-di-new-york/

AUDIENSI KREKI KE KOWANI

Kunjungan Ibu Linda Agum Gumelar, SIP sebagai Anggota Dewan Pembina KREKI (Komunitas Relawan Emergensi Kesehatan Indonesia) bersama Ketua Umum Dewan Pengurus KREKI DR. dr. Supriyantoro, Sp.P,MARS didampingi Koordinator Bidang Kemitraan dan Pengembangan Usaha Drg. Nora Lelyana MHKes ke Kowani, Senin (4/3/2019).

 

Kehadiran pengurus KREKI tersebut dengan harapan Kowani dapat bermitra dan keikutsertaannya mengikuti pelatihan menanggulangi hal-hal yang bersifat emergensi terutama dalam keluarga lingkungan / masyarakat bersama KREKI.

 

Komunitas Relawan Emergensi Kesehatan Indonesia (KREKI) adalah wadah perkumpulan bagi para relawan emergensi kesehatan yang berbasis aplikasi teknologi informasi. KREKI didirikan bertepatan dengan Hari Relawan Sedunia pada tanggal 5 Desember 2018 di Jakarta, Indonesia.

 

KREKI didirikan dengan tujuan untuk mendukung program Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT), dalam meningkatkan mutu dan kecepatan pertolongan pertama terhadap penanganan gawat darurat oleh masyarakat/orang yang terdekat berbasis aplikasi teknologi informasi.

 

Anggota KREKI terdiri dari berbagai unsur antara lain masyarakat umum (individu/komunitas) yang peduli dengan masalah emergensi kesehatan termasuk didalamnya tenaga kesehatan.

 

 

Mengenang 40 hari berpulangnya ibu Hj. Anindiyati Sulasikin Moerptatomo ke Rahmatullah

Doa bersama dalam acara Tahlilan sekaligus mengenang 40 hari berpulangnya Almarhumah Hj. A. Sulasikin Moerpratomo ke Rahmatullah digelar di Kantor Kongres Wanita Indonesia (Kowani), Jalan Imam Bonjol No.58 Jakarta Pusat, Minggu (3/3/2019). Acara tersebut dihadiri sejumlah keluarga, kerabat dan teman-teman serta para pengurus Kowani.

 

Wanita yang biasa dipanggil Ibu Eyang atau Eyang Uyut dan akrab dengan nama Ibu Mur tersebut meninggal pada tanggal 23 Februari 2019 pada usia 91 tahun dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta Selatan.

 

Semasa hidupnya, almarhumah menjadi pelopor perlindungan anak dan pejuang kesetaraan hak perempuan dan laki-laki melalui pemikiran dan langkah-langkahnya. Ia konsisten dalam alur perjuangan bagi kemajuan perempuan melalui berbagai organisasi perempuan yang diikutinya.

 

Perempuan yang lahir di Jakarta, 18 April 1927 ini pernah menjabat sebagai Ketua Umum Kowani Masa Bakti 1978-1983 dan 1983-1988. A. Sulasikin Moerpratomo merupakan lulusan Fakultas Sastra Universitas Indonesia dan sempat menjadi guru TK dan SD. Setelah lulus dari Sekolah Guru Frobel Kweekschool di Jakarta, pada tahun 1944,ia kemudian menjadi guru SMA di Jakarta pada tahun 1956.

 

Pada kepengurusan Dewan Pimpinan Kowani masa bakti 1978-1982 yang diketuai Anindya Sulasikin Mupratomo, ada sebuah perkembangan positif bagi kaum perempuan. Hal ini terlihat dari adanya perubahan kuantitatif pada tahun 1978 dengan dirumuskannya kebijakan mengenai Peningkatan Peranan Wanita (P2W) dalam pembangunan Indonesia pada GBHN Pelita III (1978-1981).

 

Langkah-langkah penting yang diambilnya semasa menjabat sebagai Menteri UPW adalah pemantapan Mekanisme P2W di tingkat nasional dan daerah, pengembangan Pusat Studi Wanita, peningkatan penggunaan Air Susu Ibu (ASI), khususnya upaya memerangi promosi susu formula untuk bayi di bawah usia 4 – 6 bulan. Ia juga yang memulai upaya khusus Peningkatan Kesejahteraan Ibu yang bertujuan menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dimana di Indonesia jumlahnya cukup tinggi. Apa yang telah dimulainya itu kemudian dilanjutkan oleh Gerakan Sayang Ibu pada Pelita VI.