Kepedulian Kowani terhadap Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Untuk meningkatkan wawasan tentang industri strategis dan teknologi, Bidang Pendidikan, Iptek, Seni dan Budaya Kongres Wanita Indonesia (Kowani) menyelenggarakan Widyakarya  ke Kota Tangerang Selatan dengan mengunjungi Gd.Geostech BPPT, Kawasan Puspiptek, Selasa (18/12/2018).

 

Kepala Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) Dr. Ir. Sri Setiawati, M.A., menyambut baik kunjungan yang diikuti sebanyak 100 orang yang terdiri dari Dewan Pimpinan dan Pengurus Kowani serta organisasi yang tergabung di Kowani tersebut.

 

Pada kesempatan ini peserta diajak mengunjungi laboratorium Pusat Teknologi lingkungan pengolahan sampah rumah tangga dan pengolahan air siap minum serta Laboratorium Balai Bioteknologi.

 

Ketua Bidang Pendidikan, Iptek, Seni dan Budaya Kowani, Ir. Nia Wardini Said Didu dalam laporannya menyampaikan bahwa Kowani peduli terhadap teknologi ilmu pengetahuan dan kemajuannya. Dengan kunjungan ini diharapkan kaum perempuan mampu memanfaatkan teknologi dan ilmu pengetahuan dan berpartisasi mensosialisasikan karya anak bangsa.

Sementara itu dalam sambutannya Ketua Umum Kowani Dr.Ir. Giwo Rubianto Wiyogo, M.Pd menyampaikan bahwa sebagai federasi organisasi wanita yang tertua dan terbesar dengan 91 organisasi anggota, Kowani mengangkat konsep “IBU BANGSA” yang berarti berusaha melahirkan menumbuhkan dan mengembangkan generasi baru yang berdaya saing unggul, kreatif, inovatif, sehat jasmani dan rohani, memiliki Nasionalisme yang kokoh dan berkepribadian tangguh. Melalui program umum bidang pendidikan IPTEK seni budaya Kowani terus berusaha untuk meningkatkan IPTEK serta kemampuan-kemampuan perempuan Indonesia melalui pendidikan terutama mengenai teknologi informasi dan komunikasi yang sesuai perkembangan zaman. Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan mengenal hasil penelitian karya putra/putri terbaik Indonesia, serta meninjau hasil riset yang sangat erat dengan kehidupan kita sehari-hari.

Peringati Hari Ibu Ke-90, Kowani Ziarah ke TMP Kalibata

Sebagai rangkaian peringatan Hari Ibu 2018, Dewan Pimpinan dan Pengurus Kongres Wanita Indonesia (Kowani) yang dipimpin Dr. Ir. Giwo Rubianto Wiyogo, M.Pd. bersama ratusan Ibu-Ibu dari 5 organisasi wanita lainnya yaitu Oase Kabinet Bersatu, Dharma Wanita, Bhayangkari, PKK, dan Dharma Pertiwi bekerjasama dengan Kementerian PP dan PA melakukan ziarah di Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata Jakarta, Senin (17/12).

 

Hadir pada kesempatan tersebut Ibu Negara Iriana Joko Widodo bersama Mufidah Jusuf Kalla dan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Susana Yembise yang menziarahi makam Hasri Ainun Habibie, Nelly Adam Malik dan Ratu Emma Norma Sudharmono.

 

Acara ziarah didahului dengan upacara dipimpin Ibu Iriana dengan menghadap tugu makam pahlawan disertai mengheningkan cipta untuk mengenang jasa para pahlawan dan dilanjutkan peletakkan karangan bunga di kaki tugu makam pahlawan.

 

Menteri Yohana Susana Yembise mengatakan tiga pahlawan perempuan yang dimakamkan di Kalibata memiliki peran besar bagi bangsa dan negara dan harus bisa menjadi teladan bagi para perempuan Indonesia.

 

Menurut Yohana, ketahanan keluarga sangat penting bagi ketahanan suatu bangsa. Perempuan sebagai seorang istri dan ibu memiliki peran penting untuk dalam membangun ketahanan keluarga.

 

Sementara itu Ketua Umum Kowani Giwo Rubianto menuturkan ziarah ke TMP Kalibata menjadi rutinitas setiap tahun menjelang peringatan hari ibu. Tujuannya agar kaum perempuan tidak lupa dengan perjuangan kaum perempuan jaman dahulu dan lebih menghargai kemerdekaan.

“Sejak awal Kowani telah memperjuangkan agar Hari Ibu bisa diperingati setiap tahunnya oleh seluruh wanita Indonesia”, Jelas Giwo Rubianto.

Lebih jauh Giwo Rubianto menegaskan, “Hari Ibu adalah milik seluruh perempuan Indonesia, bukan milik segelintir orang saja”.

 

“Selamat hari Ibu untuk seluruh perempuan Indonesia

Korban Terus Bertambah, Segera Bahas dan Sahkan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual

Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan (16HAKTP/16 Days of Activism Against Gender Violence) yang berlangsung pada tanggal 25 November hingga 10 Desember merupakan kampanye internasional yang mendorong upaya penghapusan kekerasan terhadap perempuan di seluruh dunia. Di Indonesia, Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) bersama organisasi masyarakat sipil menggelar rangkaian acara selama 16 hari tersebut setiap tahunnya.

 

Kejahatan dan kekerasan seksual makin banyak di Indonesia.  Banyak pemberitaan kasus kekerasan seksual yang terjadi, dimana perempuan dan anak kurang mendapatkan perlindungan hukum yang maksimal dan pelaku belum tersentuh proses hukum agar ketidak berulang kejahatan  kekerasàn seksual terhadap perempuan dan anak.

 

Banyaknya pengaduan dan kasus kekerasan seksual yang tidak tertangani dan terlindungi disebabkan oleh ketiadaan payung hukum yang dapat memahami dan memiliki substansi tentang kekerasan seksual.

 

Tren kekerasan seksual menunjukkan bahwa kebutuhan payung hukum RUU Penghapusan Kekerasan Seksual sangat diperlukan untuk melindungi kelompok rentan dari kekerasan seksual. Maka dari itu dalam kampanye 16HAKTP tahun ini, Komnas Perempuan mendesak para badan eksekutif dan legislatif untuk segera membahas dan mengesahkan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual, mendesak Presiden Republik Indonesia agar memberikan arahan kepada Pemerintah untuk memperhatikan kasus kekerasan seksual dalam proses penyusunan payung hukum agar RUU Penghapusan Kekerasan Seksual memiliki ketepatan substansi, serta mendesak masyarakat untuk berpartisipasi dan mengawal proses RUU Penghapusan Kekerasan Seksual melalui kampanye #GerakBersama.

 

Dalam kampanye 16HAKTP tahun ini, Komnas Perempuan telah menyusun sejumlah agenda bersama jaringan masyarakat sipil yang tergabung dalam jaringan #GerakBersama. Pada tanggal 8 Desember 2018 dilaksanakan karnaval budaya dengan tema “Pawai Akbar Mendorong Pengesahan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual” sebagai puncak dari acara 16HAKTP.

 

Sementara itu, Kowani dengan mendapatkan dukungan dari 91 organisasi anggota dan telah diperkuat dengan petisi untuk mendukung dan mendorong Komisi VIII DPR RI. segera Sahkan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual.

 

Kami Kowani menyatakan: STOP KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP PEREMPUAN & ANAK

Seminar Peringatan Hari Ibu ke-90 Tahun 2018

Panitia Nasional Peringatan Hari Ibu ke-90 Tahun 2018 menyelenggarakan Seminar dengan tema”Bersama Meningkatkan Peran Perempuan dan Laki-Laki Dalam Membangun Ketahanan Keluarga untuk Kesejahteraan Bangsa” di Auditorium Adhiyana – Wisma Antara, Jalan Medan Merdeka Selatan No.17 Jakarta, Rabu (5/12/2018).

Seminar yang merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka Peringatan Hari Ibu ke-90 tahun 2018 tersebut diselenggarakan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia dengan menggandeng 6 organisasi perempuan antara lain OASE, Kowani, Dharma Pertiwi, Dharma Wanita Persatuan Pusat,  Bhayangkari dan Tim Penggerak PKK.

Sebelum acara diskusi panel dilaksanakan penganugerahan IBU BANGSA kepada Ibu Hj. Sinta Nuriyah Wahid yang diserahkan langsung oleh Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (Kowani), Dr. Ir. Giwo Rubianto Wiyogo, M.Pd..

Dalam keterangannya Giwo Rubianto mengatakan, pemberian gelar “Ibu Bangsa” kepada Sinta Nuriyah menjadi bukti bahwa dalam implementasinya Ibu Bangsa telah mengambil peran penting di bangsa ini, sebagai pejuang.

“Apa yang telah dilakukan Ibu Sinta Nuriyah Wahid adalah teladan bagi kita semua,” ujarnya.

Sementara itu, Sinta Nuriyah Wahid mengapresiasi pemberian penghargaan sebagai “Ibu Bangsa”. “Ini suatu penghargaan yang luar biasa kepada perempuan Indonesia dan memotivasi untuk bisa berbuat lebih banyak bagi bangsa ini,” kata Sinta Wahid.

Dikatakannya juga, Ibu Bangsa harus memiliki sifat yang inklusif, di tengah keluarga, lingkungan sekitar, komunitas, bangsa dan negara.

Pada diskusi panel, Giwo Rubianto menyampaikan bahwa Perempuan sebagai Ibu Bangsa berperan mewujudkan ketahanan keluarga sebagai Pilar membangun Negara yang adil dan sejahtera.

“Jangan remehkan kaum perempuan. Jangan sesekali memandang sebelah mata kepada perempuan. Karena faktanya, perempuan adalah pilar kokoh bangsa, penentu masa depan bangsa. Di tangan perempuan ada masa depan bangsa. Sebab perempuan punya tugas mendidik generasi bangsa yang unggul, berdaya saing, dan berjiwa nasionalis”, Kata Giwo.

Giwo menjelaskan, Ibu bangsa lahir sebelum Kemerdekaan RI. Dan, hasil Kongres Kowani 1935, memutuskan bahwa perempuan Indonesia wajib menjadi Ibu Bangsa. “Jadi, kehadiran Ibu Bangsa itu bukan menyaingi kelompok yang menamakan diri ‘Emak-Emak’ seperti yang banyak dihembuskan akhir-akhir ini,” kata Giwo.

Ditambahkan Giwo, “Ibu Bangsa lebih dari sekadar ibu biologis, tapi penentu masa depan bangsa karena tugasnya menyiapkan generasi bangsa”.

Bicara kesetaraan, Giwo menerangkan, “Meski berbeda kodrat antara perempuan dan laki-laki, tapi mempunyai peran sama sebagai mitra”.

Peran utama Ibu, kata Giwo adalah menyiapkan generasi penerus yang unggul dan berdaya saing dan berjiwa nasionalis. Ibu bangsa bersifat universal yang harus bisa menghadapi perkembangan global.

“Ibu adalah guru besar dan profesor di rumah. Membuat keluarga dari zero menjadi hero,” seru Giwo lugas.

Giwo mengajak semua Ibu Bangsa untuk concern menyiapkan generasi bangsa yang siap menghadapi perkembangan zaman.

Selain itu, hal penting lainnya bagi kaum perempuan adalah bagaimana kemampuan merawat diri sendiri.

“Tidak cukup seorang wanita pintar saja (hard skill), tapi harus punya soft skill, mampu mengelola dan merawat diri sendiri,” tandasnya.

Selain Ketua Umum Kowani, hadir pula sebagai narasumber Petty S. Fatimah dengan materi “Sumber daya manusia yang andal dan berdaya saing menjadi potensi membangun pembangunan yang inklusif dan partisipatif”; Dr. (H.C). Martha Tilaar dengan materi “SDG’s memastikan bahwa tidak ada satupun kelompok masyarakat yang tertinggal dalam pembangunan”; Drs. Hajriyanto Y. Thohari dengan materi “Kemitraan antara laki-laki dan perempuan dalam mewujudkan keterwakilan perempuan di politik”; dan Yudi Latief, Ph.D dengan materi “Bersama wujudkan Negara yang adil dan sejahtera melalui gerakan revolusi mental”.

Diskusi panel dihadiri 350 undangan yang terdiri dari pelaku sejarah Indonesia, tokoh perempuan Indonesia, Tim Ahli Kowani, Mitra Kowani, Pimpinan organisasi perempuan, Wanita TNI dan POLRI dan  Generasi Muda (Mahasiswa, SMU/SMK).

Menyambut HUT, Kowani Menyelenggarakan Lomba Paduan Suara

Kongres Wanita Indonesia (Kowani ) bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI dan Kementerian Pariwisata RI menyelenggarakan Lomba Paduan Suara antar Organisasi Anggota Kowani, di Aula Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, Kementerian Pariwisata, Sabtu (1/12/2018).

Acara yang dibuka oleh Ketua Umum Kowani yang diwakili oleh Titien Pamudji selaku Sekretaris Jenderal Kowani tersebut dilaksanakan dalam rangka HUT Kowani dan Peringatan Hari Ibu (PHI) Ke-90 Tahun 2018.

Dari 11 kontingen paduan suara, penyelenggara mempersiapkan hadiah tropi dan uang tunai dengan total 27 juta rupiah untuk 6 besar yang menjadi pemenang, dimana pemenang utama juga akan tampil pada acara seminar dalam rangka Peringatan Hari Ibu yang akan diselenggarakan di Wisma Antara, Rabu 5 Desember 2018.

Adapun para pemenang Lomba Paduan Suara antar Organisasi Anggota Kowani tersebut yaitu Juara I diraih oleh PERSIT Kartika Chandra Kirana PD JAYA dengan nilai 82 dan mendapat hadiah piala serta uang tunai 7 juta rupiah; Juara II diraih oleh PERSIT Kartika Chandra Kirana PC BS KOPASSUS dengan nilai 80 dan mendapat hadiah piala serta uang tunai 6 juta rupiah; Juara III diraih oleh PASUNDAN ISTERI, dengan nilai 79 dan mendapat hadiah piala serta uang tunai 5 juta rupiah.

Sementara Juara Harapan I diraih oleh PERSIT Kartika Chandra Kirana KOORCAB DIVIF 1 PG KOSTRAD dengan nilai 78 dan mendapat hadiah piala serta uang tunai 4 juta rupiah; Juara Harapan II diraih oleh IIDI dengan nilai 77 dan mendapat hadiah piala serta uang tunai 3 juta rupiah; dan Juara Harapan III diraih oleh WHDI dengan nilai 74 dan mendapat hadiah piala serta uang tunai 2 juta rupiah.

Ada beberapa kriteria yang menjadi penilaian 3 Dewan Juri professional Hana M. Priharto, Caecilia Hardiarini dan Benny Manumpil dalam menentukan pemenang, yaitu Kekompakan, vokal, harmonisasi, krativitas, penampilan dan disiplin mengatur waktu.

Galeri: