ICW-CIF 2016

Kowani.or.id — Kongres Wanita Indonesia (Kowani) dalam kepeduliannya terhadap perkembangan persoalan bangsa khususnya yang menyangkut wanita secara terus-menerus melakukan program-program untuk meningkatkan (Empowering) kehidupan wanita di dalam strata sosial kemasyarakatan, budaya, perekonomian, serta kemandirian di dalam pilihan politiknya.

Dalam rangka mempromosikan pergerakan wanita di Indonesia, Kowani mengutus delegasinya untuk menghadiri pertemuan International Council of Women (ICWCIF) Executive Committee Meeting di Taipei, Taiwan. 14-17 November 2016.

Delegasi yang berjumlah 9 orang tersebut antara lain Uli Silalahi  (sebagai Koordinator Delegasi), Lisye Sumakud Sinulingga, Tiyu Mediasti Sutopo, Sharmila , Charletty Choesyana Taulu, Ani Budiarti, Prosidawaty Malemta Tarigan, Sylvia Gordon Mogot dan Oslyne Pasaribu mengikuti setiap pertemuan ICW baik pertemuan umum maupun yang bersifat workshop.

Pembukaan pertemuan ICW dihadiri oleh + 300 orang. Selain dari peserta dari berbagai negara, juga dihadiri oleh berbagai organisasi wanita di Taiwan. Hari selanjutnya peserta pertemuan berjumlah 75 orang yang terdiri dari +45 negara.

Pertemuan yang dimulai pada Senin, tanggal 14 November 2016, dibuka dengan kata sambutan yang disampaikan oleh Ms. Linda Liuw, President ICW Taiwan, yang dirangkai dengan pembukaan konferensi ICW oleh President Taiwan Republic of China, Tsai Ing-wen bersama dengan  Dr. Cecilia Koo selaku Ketua Kehormatan ICW Taiwan serta Presiden ICW Dr. Jungsook Kim.

Hari pertama diisi dengan 2 materi yang disampaikan dalam bentuk panel yaitu Panel I: Woman in Power, Society in Transformation dan Panel II: Woman’s Empowerment in the Changing World.

Pertemuan Executive Committee Meeting dilaksanakan pada hari kedua dengan laporan perkembangan gerakan pemberdayaan wanita di setiap negara peserta ICW.

Sedangkan pada hari ketiga peserta diminta menyampaikan  ulasan terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan sampai dengan tahun 2016 serta rencana kegiatan 2016 – 2018. Juga direkomendasikan tempat dan tema pelaksanaan pertemuan ICW berikutnya dan tempat yang telah direkomendasikan pada ICW 2018 adalah Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia.

Kita patut bersyukur Indonesia dapat menjadi tuan rumah pada perhelatan ICW tahun 2018 dan bukan secara kebetulan juga kota Yogyakarta yang merupakan tempat Kowani pertama kali berdiri dijadikan tempat berlangsungnya acara tersebut.

Setelah membacakan rekomendasi  pertemuan ICW di Yogyakarta, Presiden ICW memberi kesempatan kepada Tim Indonesia untuk mempresentasikan kesiapan Indonesia sebagai tuan rumah. Tim Indonesia telah memberikan presentasi selama 5 menit yang menggambarkan tentang Indonesia, Yogyakarta dan kegiatan Kowani di Indonesia. Dalam kesempatan ini, Kowani memberikan cendera mata berupa kain ulos yang dikenakan oleh delegasi Kowani kepada Ms. Kim, President ICW. Juga diberikan cendera mata kepada seluruh peserta yang berbentuk selendang dari kain ulos kepada seluruh peserta konferensi.

Pertemuan ICW yang berlangsung selama 4 hari tersebut ditutup dengan tur bersama peserta mengelilingi Northen Taiwan.

Galeri:

14568066_1138551919526913_4127174973781634525_n14900413_1138551922860246_8237503341255070323_n

15203346_1489945111021194_1277850428187912185_n15219533_1496301050385600_1475178629182294474_n
Ibu Charletty Choesyana Menyampaikan Report of ICW Advisor for Ageing

Interfaith
Interfaith Services of ICW-CIF
(Islam, Yahudi, Kristen, Katolik, Budha, Hindu dan Bahay)

CykKZiNVEAAN84cDelegasi
Delegasi NCW Indonesia (Kowani)

Foto
Foto bersama President of ICW-CIF, Jungsook Kim

1890146482_9B21jcDg_020161116_105601

15171188_1163487200366718_9033744215751912294_n

Sosialisasi RUU Perlindungan PRT

Jakarta, kowani.or.id — Kamis, 9 Februari 2017, Kongres Wanita Indonesia (Kowani) bekerjasama dengan International Labour Organization (ILO) dan Jaringan Nasional Advokasi Pekerja Rumah Tangga (JALA PRT) menyelenggarakan Sosialisasi RUU Perlindungan PRT. Pekerja Rumah Tangga yang selanjutnya disebut PRT adalah orang yang bekerja pada pemberi kerja untuk melakukan pekerjaan kerumahtanggaan dengan memperoleh upah.

Acara yang bertempat di Kantor Kowani, Jalan Imam Bonjol No.58 Jakarta ini membahas Position Paper Kowani dan membedah pasal demi pasal RUU Perlindungan PRT dari beberapa aspek krusial, antara lain perjanjian kerja, jam kerja, pengupahan, masa cuti, asuransi dan lain-lain. Hal tersebut dilakukan dengan memperhatikan perlindungan terhadap PRT disatu sisi dan perlindungan pengguna jasa PRT di sisi lain.

Ketua Umum Kowani, Dr. Ir. Giwo Rubianto Wiyogo, M.Pd.  dalam sambutannya menyampaikan bahwa kedua materi tersebut  akan menjadi bahan roadshow Kowani ke organisasi anggota dan hearing dengan DPR.

Harapan kedepannya, pola pikir masyarakat bisa berubah untuk mengakui bahwa PRT adalah pekerja, bukan budak seperi konsep yang berkembang pada zaman feodalisme. PRT adalah pekerja yang derajatnya sama dengan majikan yang hak-hak nya juga harus diperhatikan. Bagaimanapun, PRT mempunyai dukungan besar terhadap roda ekonomi nasional. Dengan adanya PRT, majikan dapat mengejar karir dan bekerja secara maksimal. Nilai tambah yang diberikan oleh PRT terhadap majikan harus dilihat secara ekonomis agar PRT dapat mendapatkan kehidupan yang lebih baik dan bisa menyekolahkan anak-anaknya kelak. Ratifikasi Konvensi ILO 189 tentang Kerja Layak PRT dan UU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga, adalah syarat mutlak pengakuan PRT sebagai pekerja dan manusia yang bermartabat.

Galeri:
Screenshot_20170209-155246
LaporanKetua Bidang Tenaga Kerja, Dra.Yulia Himawati

Screenshot_20170209-155209
Sambutan Ketua Umum Kowani, Dr. Ir. Giwo RubiantoWiyogo, M.Pd.
999999999
P_20170209_110438
Bersama Para Narasumber

Wapres Membuka Rakornas BKKBN

Wakil Presiden RI, Bapak Jusuf Kalla membuka dan Meresmikan Pembukaan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas)

Wakil Presiden RI., Drs. M. Jusuf Kalla meresmikan Pembukaan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas)Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang berlangsung pada 7 Februari 2017, di Hotel Mercure Ancol. Rakornas kali ini mengambil tema “Dengan Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK), Kita Tingkatkan Kualitas Manusia Indonesia yang Memiliki Karakter Bangsa Dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia”.

Pada Rakornas ini, Ibu Lia Tono Suratman hadir mewakili Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (Kowani), Dr. Ir. Giwo Rubianto Wiyogo, M.Pd. BKKBN juga mengundang semua SKPD sampai Kabupaten/Kota yang terkait dalam program Keluarga Berencana (KB). Tujuannya agar tidak ada lagi program-program pusat yang tak tersampaikan ke daerah-daerah tingkat dua.

Dalam sambutannya Kepala BKKBN, Bapak Surya Chandra Surapaty mengungkapkan, selama ini masih terdapat kendala dalam mengoptimalkan program KB, yaitu sulitnya mencapai sinergitas dan kemitraan antara pusat dan daerah untuk mensosialisasikan KB di daerah-daerah pasca adanya desentralisasi. “Tapi dengan adanya Undang-undang tentang pemerintahan daerah yang turut menyatakan bahwa program KB dan kependudukan ini merupakan program keunggulan bersama antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, maka dibentuklah dinas-dinas yang memang fokus terhadap program kami di pusat,” jelas Surya.

Surya juga menyampaikan beberapa program BKKBN yang difokuskan pada: menurunnya angka fertilitas total (Total Fertility Rate/TFR), meningkatnya kesetaraan ber-KB bagi penduduk miskin, meningkatnya ketahanan keluarga, terlaksananya kebijakan pengendalian penduduk dalam perencanaan pembangunan, serta meningkatnya kesadaran norma keluarga kecil di kalangan masyarakat.

Wapres menyambut baik program KB ini yang sempat terkenal di era Orde Baru. Ia menegaskan, program ini harus dilakukan dengan kompak dan tanpa ada paksaan terhadap masyarakat. Sehingga, apa yang terjadi di China dan India tidak terjadi.

Menurut Wapres, suksesnya program ini, tergantung juga dari gaya hidup yang dijalankan masyarakat.

IMG-20170207-WA0001
sambutan Kepala BKKBN, Bapak Surya Chandra Surapaty

IMG-20170207-WA0017
Sambutan Menteri Kesehatan, Prof.Dr.dr. Nila Djuwita F.Moeloek SpM (K)

Kowani Luncurkan “Sebelas Windu Kowani Mengukir Bakti”

Jakarta, kowani.or.id — Sebagai bentuk  ungkapan rasa syukur dalam memperingati hari Ibu dan sekaligus hari lahirnya yang ke sebelas windu (88 tahun), Kongres Wanita Indonesia (Kowani) meluncurkan buku “Sebelas Windu Kowani Mengukir Bakti” bertempat di Kantor Kowani, Jalan Imam Bonjol No.58 Jakarta (20/12/2016).

Ketua Umum Kowani, Dr. Ir. Giwo Rubianto Wiyogo, M.Pd. menyampaikan bahwa buku ini mempunyai arti penting bagi Kowani. Buku ini adalah salah satu cita,cita dan sekaligus perwujudan cinta kita kepada sejarah, para pahlawan, para founding mother dan kiprah serta sekaligus memuat harapan-harapan yang hendak dituju Kowani kedepan.

“Melalui buku ini juga bisa menjadikan kita kembali “me-riview” sekilas tentang lintasan sejarah dan lintasan peristiwa yang menjadi benang merah tentang eksistensi dan sekaligus sejarah keemasan Kowani berikut mengenang para Pahlawan Wanita dan tokoh tokoh wanita yang menginspirasi Kowani pada khususnya dan Perempuan pada Umumnya” kata Ibu Giwo.

Diakhir sambutannya Ibu Giwo menyampaikan terimakasih kepada panitia dan siapapum yang telah mendedikasikan diri demi terwujudnya buku yang sarat dengan makna dan fungsi ganda dan memiliki arti yang khusus bagi Kowani periode 2014-2019.

Testimoni :

KOWANI TAK LEKANG DARI HATI

Bagi banyak orang Indonesia nama KOWANI mungkin sudah dikenal, atau setidaknya pernah didengar oleh kaum perempuan yang dalam hidupnya pernah bersinggungan dengan organisasi federasi perempuan di Tanah Air itu.

Bulan Desember tahun ini Kowani memperingati usia 11 Windu, atau 88 tahun dengan ditandai peluncuran buku berjudul “Sebelas Windu KOWANI, Mengukir Bakti”.

Penerbitan buku tersebut menjadi monumen penting untuk mengabadikan sejarah panjang Kongres Wanita Indonesia karena tanpa catatan tertulis, sejarah bisa mudah terlupakan.

Melalui buku yang disusun dalam 11 bab itu Kowani menyampaikan gambaran yang lebih utuh tentang sejarah organisasi, yang menghimpun 86 organisasi perempuan dan memberi manfaat bagi 52 juta perempuan di Indonesia, suatu jumlah yang relatif besar bagi negara berpenduduk sekitar 250 juta ini.

Buku yang ditulis dengan hati-hati dan teliti itu menjadi bukti bahwa Kowani adalah wadah bagi kaum perempuan untuk berhimpun dan mewujudkan perannya sebagai “Ibu Bangsa”.

Berbagai program kerja Kowani yang tertuang dalam buku ini menunjukkan bahwa organisasi mendorong anggotanya untuk tumbuh dan berkembang menjadi perempuan yang bermartabat dan mampu membina keluarga, mendukung suami serta putra-putrinya, mengajarkan akhlak dan moral serta iman kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Sebagai “ibu” bagi bangsa, anggota Kowani mempunyai kepekaan sosial, kepedulian kepada kepentingan kaum perempuan, kesetaraan gender masalah lingkungan hidup, penguatan ekonomi bahkan juga kesadaran dan pembelaan akan Hukum dan HAM.

Perjuangan Kowani sejak awal dikisahkan menghadapi berbagai tantangan, misalnya ketika akan mengikuti Kongres Perempuan I yang diselenggarakan di Jogyakarta pada Desember 1928, kaum ibu sempat berdemonstrasi tidur di bantalan rel kereta api agar diizinkan naik kereta. Pasalnya para penguasa Belanda semula menghalangi niat mereka pergi ke Jogya dengan mengeluarkan larangan naik kereta api. Demonstrasi itu menghambat layanan transportasi bagi para calon penumpang, sehingga para perempuan peserta kongres akhirnya diiznkan naik.

Sebagai ibu rumah tangga dengan tanggungjawab yang besar serta tugas yang padat, anggota Kowani masih bisa menyediakan waktu dan komitmen untuk melakukan berbagai aktivitas yang memerlukan pengorbanan waktu, pikiran, tenaga dan bahkan dana.

Buku ini menunjukkan kepada pembaca bahwa Kowani juga berkiprah dalam jaringan internasional, belakangan membuka laman (situs web) bertajuk connecting women yang dapat menghubungkan kaum perempuan tanpa batas waktu, tempat , ras dan suku bangsa termasuk usia. Boleh di bilang Kowani berusaha untuk terus menjadi “muda” dalam usia yang mencapai 88 tahun.

Dalam karakter Kanji dan dipercaya oleh masyarakat Jepang, usia 88 adalah saat yang istimewa karena penulisannya melambangkan kata “beras”. Usia 11 windu disebut sebagai “tahun beras” yang artinya melambangkan usia makmur.

Semoga dalam usia istimewa ini Kowani akan terus mendampingi anak bangsa, menjadi ibu yang melindungi, membimbing dan mendorong kemajuan.

Buku yang sangat tebal dan serius ini hendaknya menjadi langkah awal untuk terbitnya sejumlah buku baru lagi, yang dapat menjawab kebutuhan kaum perempuan dari segala lapisan sosial, usia, serta menyajikan berbagai tema.

Selamat atas penerbitan buku ini dan selamat menikmati usia istimewa.

Jakarta, 20 Desember 2016

Maria D. Andriana, redaktur pada Perum LKBN Antara.

Baca juga:
http://puanpertiwi.com/index.php/puan-parlemen/14347-giwo-rubianto-buku-ini-didedikasikan-untuk-perempuan-indonesia

http://www.hariansuara.com/index.php/2016-04-03-03-37-23/3234-perayaan-11-windu-kowani-luncurkan-buku-inspirasi-perjuangan-perempuan-indonesia